Tekan Angka Stunting Melalui Peluncuran Gerakan Sahabat Relawan ASI

SIARAN PERS, TANGERANG SELATAN — Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Tahun 2018, prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 30,8%. Jika dibandingkan dengan data dari 2013, hal tersebut menunjukan penurunan yang semula 37,2%. Akan tetapi World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia telah menetapkan batasan maksimal angka stunting, yaitu 20 persen. Sehingga masih menyisakan PR bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia.

Melihat hal tersebut, Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa meluncurkan gerakan Sahabat Relawan ASI (SERASI) dalam seminar kesehatan “Milenial Lahirkan Generasi Bebas Stunting” di Aula RS. Sari Asih Ciputat, Kamis (23/1/2020). SERASI merupakan gerakan relawan dalam memberikan pendampingan dan edukasi tentang betapa pentingnya ASI itu. Karena salah satu penyebab terjadinya stunting adalah manfaat ASI eksklusif yang tidak dimaksimalkan hingga enam bulan atau dengan kata lain bayi lepas ASI eksklusif terlalu dini.

“SERASI menjadi support grup. Bisa dari keluarga atau masyarakat sekitar,” ujar dr. Yeni Purnamasari, MKM, selaku General Manager Divisi Kesahatan Dompet Dhuafa.

Siapapun yang tertarik untuk menambah pengalaman di dunia relawan bisa bergabung di SERASI. Baik yang memiliki latar belakang bidang kesehatan ataupun non-kesehatan. Lelaki dan perempuan hingga tua maupun muda boleh ikut bergabung dalam gerakan tersebut.

“Tapi untuk konseling dan wilayah privasi relawan lelaki tidak diperkenankan. Hanya perempuan yang boleh. Sedangkan lelaki hanya sampai edukasi,” tambahnya.

Nantinya relawan tersebut akan diberikan pembekalan dan pelatihan tentang pendampingan ASI ekslusif. Kemudian juga akan diintegrasikan dengan kegiatan atau program-program lain Dompet Dhuafa seperti ikut terlibat dalam layanan kesehatan pasca kebencanaan ataupun trauma healing seperti Psychological First Aid (PFA).

“Nantinya mereka juga akan ikut turun ke dalam pos-pos pengungsian untuk melakukan pendampingan,” pungkasnya.

Perlu diketahui, 1.000 hari pertama anak atau setara dengan usia 2 tahun, adalah masa emas yang sangat kritis. Sehingga hal ini sangat memengaruhi kesehatan dan kecerdasan anak sampai ia beranjak dewasa.

“Pasalnya, masa ini otak anak mengalami perkembangan sebesar 70%,” jelas dr. Novitria Dwinanda, Sp.A (Harapan Kita National Women and Children Hospital Jakarta Nutrion and Metabolic Disease Division Pediatrician).

UNICEF dan WHO rekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur enam bulan. Karena ASI mengandung gizi lengkap yang mudah dicerna oleh perut bayi yang kecil dan sensitif. Itulah mengapa, hanya memberikan ASI saja sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi di bawah usia enam bulan. Selain itu, manfaat ASI eksklusif lainnya adalah melindungi bayi dari infeksi kuman seperti bakteri, virus maupun parasit. Pasalnya, ASI mengandung protein khusus yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh si kecil.

“Tujuannya memang tidak hanya menekan angka stunting. Tapi juga untuk isu kesehatan lainnya. Untuk awal kita akan memulai dari cakupan wilayah di Tangerang Selatan. Selanjutnya kita akan memperluas gerakan ini ke wilayah lainnya,” lanjut dr. Yeni Purnamasari, MKM.

Peluncuran gerakan tersebut juga disaksikan oleh Hendra Sudrajat, S.Gz, RD (Ahli Gizi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto), Ns. Sifing Lestari, S.Kep (Direktur LKC DD Banten), Hj. Nasih Sutisna, S.SiT, M.Kes (Ketua Ikatan Bidan Indonesia Cabang Kota Tangerang Selatan), dan Iin Sofiawati.SKM,MA (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Tangerang Selatan). (Dompet Dhuafa/Fajar)