Ustadz Yusuf: Salah Satu Dari Empat Orang Yang Selamat dari Serangan Longsor Ketiga

SIARAN PERS, BOGOR — Ustadz Yusuf merupakan salah satu orang yang beruntung. Karena ia berhasil merangkak keluar dari kubangan lumpur yang ketinggiannya sulit diperkirakan. Semua itu bermula dari niatnya bersama tiga orang lainnya, tidak bisa menghubungi salah satu keluarga di Kp. Suluduk, Desa Wangun Jaya, Kec. Leuwisadeng, Kab. Bogor. Baik ayah, ibu, anak, keluarga tersebut sama-sama tidak bisa dihubungi. Alhasil, empat orang, termasuk Ustadz Yusuf. Memberanikan diri untuk melihat apakah keluarga tersebut di sana dan terperangkap lumpur atau memang sudah tidak ada di sana. Entah sudah Evakuasi atau memang di luar kota.

"Kita Lillahi ta'ala saja," seru Ustadz Yusuf, membuka pembicaraan.

Setelah longsor  pertama, seluruh warga di Kampung sebelah Suluduk, mulai memastikan warga kampungnya masing-masing. Biasanya ketua RT, tokoh setempat dan relawan lainnya yang ditugaskan ini. Mereka akan mengunjungi rumah warga untuk menanyakan apakah anggota keluarga mereka sudah lengkap atau tidak. Jika tidak, di mana kemungkinan besar mereka berada. 

"Nah itu adik saya yang di Kampung sebelah. Cuma, semua handphone anggota keluarganya tidak aktif. Serba salah jadinya. Kita nggak ke lokasi tapi kita khawatir. Datang juga khawatir. Jadi bingung," tambahnya.

Lalu akhirnya kita berangkat dengan empat orang dan apa adanya. Tidak dilengkapi dengan peralatan lengkap. Tidak juga dengan jumlah yang banyak. Hanya empat orang. Setelah kita sampai lokasi. Mereka cek satu-satu ruangan tersebut. Namun nihil. Tidak ada seorangpun selain mereka berempat sendiri. Mencari dan mencari, namun tidak seorangpun yang ditemukan.

"Masing-masing pintu kita buka. Sambil sesekali manggil apakah ada orang di sana," lanjutnya.

Namun naas selang beberapa menit. Banjir lumpur gelombang ketiga, menghantam Kampung Suluduk untuk terakhir kalinya. Kejadian tersebut juga menewaskan almarhum Samsul yang juga ikut ekspedisi.

"Awalnya kita memang hanya bertempat. Kita juga kaget, tiba-tiba almarhum berada di lokasi yang sama dan kondisinya sudah terjebak. Kita semua berusaha membantunya. Nggak mungkin kita tinggalin. Saya samperin dia. Makanya pas longsor ketiga, cuma saya dan almarhum yang sempat terseret lumpur longsor," pungkasnya.

Setelah diterpa longsor dengan kedalaman yang sulit dikira-kira. Ustadz Yusuf tetap mencoba berenang ke atas permukaan. Pelan-pelan dengan sabar ia berenang-renang. Setelah sudah sampai pada permukaan, ia mengeluarkan tangannya dan coba meraih apaun yang bisa diraih. Untungnya berhasil memegang batang pohon. Entah apa pohon itu. Walaupun ia sendiri sulit mengidentifikasi di mana lokasi pohon tersebut.

"Al-Quran memang penyelamat hidup. Itu yang selalu saya percaya. Jika kita menerapkan semua apa yang tertulis di sananya. Manfaatnya bisa sangat dahsyat. Buktinya jika saya telat 10 detik, misalnya tidak memegang batang pohon. Mungkin saya sudah tidak di sini," akunya.

Hingga kini ia sudah menerima pelayanan kesehatan dari tim medis Dompet Dhuafa. Adapun beberapa tubuh Ustadz Yusuf masih terasa pegal. Mata dan kuping terasa masih ada sisa-sisa lumpur yang menempel. Luka-luka luar juga masih mencoba kering lewat obat olesan dari tim medis. (Dompet Dhuafa/Fajar)