Peduli terhadap lingkungan adalah salah satu hal yang diajarkan oleh Islam. Bumi yang kita tempati saat ini, adalah nikmat dan rezeki yang Allah titipkan kepada manusia dan harus dijaga. Hingga saat ini belum ada lagi tempat atau planet yang layak untuk manusia huni selain di bumi. Untuk itu, menjaga lingkungan tempat kita tinggal bukan saja menjadi kewajiban, melainkan kebutuhan bagi seluruh manusia yang tinggal di dalamnya.
Sayangnya, sering kali kita lalai dan lupa untuk menjaga bumi tempat kita tinggal ini. Menebang pohon sembarangan, membuang sampah sembarangan, membangun industri yang malah berefek buruk pada kehidupan di bumi, hingga ke penggunaan bahan-bahan yang merusak habitat. Tentu saja manusia sendiri yang dirugikan.
Banyak sekali disebutkan dalam Al-Quran, bahwa bumi ini diciptakan untuk manusia. Adanya hewan, tumbuhan, alam semesta semata-mata Allah ciptakan untuk keseimbangan hidup manusia. Ada yang bisa dimakan, ada oksigen yang bisa dihirup, dan semuanya bertujuan agar manusia dapat beraktivitas, beramal kebaikan, bersyukur, dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Lingkungan
Untuk itu, mari kita telisik satu persatu ayat-ayat Al-Quran yang berkenaan dengan lingkungan, agar kita terus berpikir dan merenung apa yang sudah kita lakukan terhadap lingkungan hingga saat ini. Apakah kita sudah menjaganya dengan baik ataukah justru sebaliknya? Tentunya, ada banyak sekali peringatan dari Allah SWT agar manusia peduli lingkungan dan tidak berbuat kerusakan di dalamnya.
- Nikmat Allah ada di Bumi, Maka Jagalah Itu
Dalam QS Al-Baqarah ayat 60, telah Allah sebutkan dari kisah Nabi Musa yang pernah kekurangan air. Dari kisah tersebut kita bisa mengetahui bahwa Allah memberikan nikmat kepada kita sangat banyak, tapi manusia sering kali lalai dan lupa akan hal tersebut. Dalam ayat ini Allah memperingati manusia agar tidak hidup di bumi dengan berbuat kerusakan.
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu,” lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan” (QS. Al-Baqarah: 60)
Peringatan ini seakan-akan memberikan sinyal bahwa ketika kita berbuat kerusakan, maka manusia sendiri yang akan merugi. Misalnya saja akan kekurangan air, kehausan, dan lain sebagainya. Namun sering kali manusia lalai dan lupa, hingga kita menyepelekan hal tersebut. Barulah saat sadar, kita pun menyesal karena bumi sudah kita rusak.
- Siklus Hujan adalah Nikmat Allah
Hujan yang turun di muka bumi, bisa menjadi nikmat atau justru menjadi bencana. Namun, dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa siklus hujan memberikan rezeki, menghidupkan bumi, mengalirkan air pada tanah yang tandus dan kering, dan akhirnya muncullah berbagai nikmat seperti buah-buahan yang bisa dimakan oleh manusia.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al A’raf: 56-58)
Dalam ayat ini jelas sudah bahwa Allah memberikan nikmat kepada manusia lewat sunnatullah atau hukum alam yang sangat tersistematis, sebagaimana siklus hujan yang pernah kita pelajari saat di bangku sekolah dulu. Sunnatullah tersebut bisa rusak jika ditentang oleh manusia. Misalnya dirusak dengan kita membuang sampah sembarangan, maka hujan bukan lagi menjadi keberkahan melainkan menjadi bencana. Atau kita merusak dengan banyaknya polusi udara di bumi, sehingga tercipta efek rumah kaca, ketidakpastian musim, dsb.
Itulah mengapa Allah memerintahkan kita menggunakan akal untuk berpikir dan mencari pengetahuan. Ada banyak sekali ayat-ayat-Nya yang tersirat di alam semesta. Semua itu wajib manusia pahami, agar tidak melawan sunnatullah yang telah Allah ciptakan dan menciptakan keseimbangan di bumi.
- Kerusakan di Bumi adalah Ulah Manusia
Dalam QS. Ar-Rum ayat 41-42, Allah menyebutkan bahwa kerusakan di muka bumi adalah karena perbuatan manusia. Allah memerintahkan untuk melihat sejarah manusia dan peradaban terdahulu serta bagaimana mereka hancur karena ulah kerusakannya tersebut.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar Rum: 41-42)
Perintah Allah untuk manusia berjalan di muka bumi adalah sebuah perintah untuk merenung, bertafakur, dan belajar dari sejarah. Untuk itu, kita bisa mempelajari sejarah masa lalu agar kita benar-benar bisa mengambil hikmah dan pelajaran bagaimana rusaknya peradaban karena ulah manusia itu sendiri.
- Air adalah Sumber Nikmat dan Rezeki
Air adalah salah satu sumber nikmat dan rezeki yang utama bagi manusia. Dari air, manusia bisa hidup, tidak kehausan, dan tidak kekeringan. Dari air juga manusia bisa membersihkan diri dan mendapatkan kesejukan. Air membawa manusia berlabuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Dan dari air yang Allah ciptakan, bisa muncul berbagai tumbuhan dan kehidupan hewan di muka bumi. Seperti yang terdapat dalam ayat berikut,
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. Ibrahim: 32-34).
Untuk itu, betapa besar nikmat Allah pada manusia dan betapa durhakanya manusia jika menentang hukum-hukum yang telah Allah ciptakan. Matahari dan bulan sudah Allah tundukkan untuk manusia, memberikan waktu siang dan malam sesuai dengan perhitungan yang tepat. Namun kadang manusia lupa bahwa itu semua adalah bentuk kasih sayang Allah agar manusia hidup dengan seimbang dan penuh keberkahan. Tentunya ini tidak bisa dibayar oleh apapun. Sebanyak apapun harta yang kita miliki tentu tidak bisa membayar itu semua.
Allah Tidak Membutuhkan Kehidupan Dunia, Manusialah yang Membutuhkannya
Peduli terhadap lingkungan, hakikatnya adalah peduli terhadap kehidupan kita sendiri. Apa yang kita lakukan terhadap lingkungan, maka itulah yang akan kita rasakan. Memperlakukan lingkungan dengan seenaknya, dengan hawa nafsu, tanpa akal dan ilmu pengetahuan akan membuat manusia terjebak dalam kerusakan alam.
Allah SWT tidak akan pernah merugi walaupun lingkungan kehidupan kita rusak. Allah tidak terpengaruh dengan apa-apa yang manusia lakukan, karena Dia-lah yang menguasai seluruhnya dan tidak terikat oleh hukum ruang dan waktu. Sehingga, perintah Allah terhadap manusia sebenarnya untuk manusia itu sendiri. Segala perintah yang Allah berikan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah bagi manusia.
Untuk itu, sudah seharusnya kita menjaga kehidupan kita di dunia dengan peduli terhadap lingkungan. Menjaga keseimbangannya, menjaga hukum-hukum yang Allah SWT buat pada alam semesta. Itulah bentuk kesyukuran kita dan sebagai hamba Allah yang menggunakan akalnya daripada hawa nafsu semata.