Istiqamah berasal dari kata “qomah”, yang artinya melaksanakan sesuatu dengan benar dan sempurna. Istiqomah adalah upaya untuk melaksanakan perintah Allah secara sempurna. Konsisten melaksanakannya dengan baik. Nabi Muhammad mengakui bahwa istiqamah adalah tuntunan Allah yang sangat berat untuk dilakukan. Namun, bukan hal yang mustahil untuk dijalankan. Berikut ini adalah tips menjaga istiqomah ibadah setelah Ramadhan.
Membuat Perencanaan Untuk Menjaga Istiqomah Ibadah
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Perencanaan adalah ilmu dasar yang dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kita ingin belanja kebutuhan rumah, maka perlu membuat perencanaan terlebih dahulu. Minimal, merencanakan apa saja yang dibutuhkan di rumah, dan berapa dana yang dialokasikan untuk berbelanja. Sebagai patokan, agar saat belanja tidak keluar dari jalur, yang mengakibatkan kas rumah tangga jadi bocor.
Sama halnya dengan menjaga istiqomah ibadah setelah ramadhan. Kita perlu membuat perencanaan. Minimal, mengetahui apa perilaku yang telah diperbaiki semasa bulan Ramadhan, dan bagaimana caranya untuk mencegah agar perilaku buruk tidak lagi diulangi.
Misalnya, sebelum Ramadhan terbiasa memberikan komentar negatif di media sosial. Namun, saat Ramadhan berusaha mengurangi unggahan komentar negatif. Maka, perlu direncanakan bagaimana cara-caranya agar Sahabat tidak lagi melakukan perilaku yang sama. Misal, memilih untuk lebih banyak melihat akun media sosial yang terdapat ilmu pengetahuan, ketimbang melihat konten nyinyir.
Malaikat Jibril pernah berdoa dan diaminkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah Ta’ala).” (HR Ahmad, al-Bukhari).
Meneguhkan Tekad Untuk Konsisten
Menjaga istiqomah ibadah memerlukan tekad yang kuat. Meneguhkan tekad ini bisa dimulai dari menanamkan rasa percaya dalam hati, bahwa kita percaya kepada Allah. Bahwa Allah senantiasa ada untuk mengiringi ibadah kita setelah bulan Ramadhan.
Peneguhan tekad ini juga membutuhkan lingkungan yang baik dan mendukung. Sahabat bisa mengkomunikasikan kepada keluarga, kerabat, atau kawan, tentang niat dan tekad untuk berubah. Untuk menjaga istiqomah ibadah setelah Ramadhan.
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud ayat 112).
Belajar dan Mencari Ilmu Pengetahuan Seluasnya
Istiqomah adalah tuntunan yang sangat berat. Oleh sebab itu, agar kita tetap berada di jalur yang tepat, kita membutuhkan ilmu pengetahuan. Abi Quraish Shihab mencontohkan, seorang Imam tidak tahu ada berapa jumlah makmum di belakangnya, jika tidak menghitungnya. Imam tidak tahu siapa saja yang ada di kanan dan kirinya, jika tidak mencari tahu.
Sama halnya dengan istiqomah menjaga ibadah. Kita perlu memiliki pengetahuan, apa saja perilaku-perilaku yang baik, yang disukai Allah. Serta apa saja perilaku-perilaku buruk yang dapat membawa kita kepada kemudharatan. Pengetahuan ini akan mengingatkan kita untuk berada di jalur yang benar.
Berusaha Mengendalikan Emosi
Menjadi istiqomah saat menjalani ibadah setelah Ramadhan, tentu bukanlah hal yang mudah. Akan ada gejolak emosi dalam diri yang saling tarik menarik. Mungkin saja menggoda diri untuk kembali berbuat hal buruk. Mungkin saja, ada orang-orang yang meremehkan diri kita, dan hanya menilai kita berdasarkan masa lalu.
Untuk menjaga istiqomah ibadah setelah Ramadhan, kita perlu berusaha melatih diri untuk mengendalikan emosi. Pengendalian emosi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bisa dengan berzikir, sholat sunnah, baca Al-Quran, menggunakan teknik mindfulness, dan ada banyak cara menenangkan diri lainnya. Kita bisa memilihnya sesuai dengan kenyamanan diri masing-masing.
Dalam Al-Quran surat Ar-Radu’ ayat 28, Allah memberitahu kepada umat muslim, bahwa dengan mengingat Allah hati dapat menjadi tenang dan tenteram. “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS.Ar-Ra’du ayat 28).
Seseorang yang berhasil mengendalikan emosi, saat beribadah tidaklah berlebih-lebihan. Tidak juga kurang ibadahnya. Ibadah yang dilakukan dalam kecukupan. Dengan bersyukur, juga dapat membuat kita merasa cukup.
Memulai Ibadah Dari yang Paling Mudah
Hal besar tidak akan pernah terjadi tanpa memulai dari hal-hal kecil. Analogi ini cocok dengan kondisi kita yang ingin menjaga istiqmah ibadah setelah Ramadhan. Istiqomah ibadah akan sulit dijaga, jika kita tidak mulai rutin memulainya dari melakukan hal-hal yang kecil.
Sahabat dapat memulainya dengan melakukan ibadah yang paling mudah. Ibadah yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang adalah tersenyum. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi. ”Tabassumuka Fii Wajhi Akhiika Shodaqoh.” Artinya, “Tersenyum ketika bertemu dengan saudara kalian adalah termasuk ibadah.”
Mulai dari tersenyum, minimal memberikan senyum kepada diri kita sendiri. Senyum dapat membuat hati kita menjadi lebih tenang, dan juga memiliki nilai ibadah. Jika rutin dilakukan, dengan memberikan senyum kepada saudara, maka sedikit demi sedikit ibadah menjadi bukit.
Ibadah-ibadah sederhana dan mudah dilakukan selain senyum, seperti menyingkirkan duri, menolong orang lain, bersedekah, dan lain sebagainya. Diriwayatkan Ad-Dailamy, Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya pintu-pintu kebaikan itu banyak: tasbih, tahmid, takbir, tahlil (dzikir), amar ma’ruf nahyi munkar, menyingkirkan penghalang (duri, batu) dari jalan, menolong orang, sampai senyum kepada saudara pun adalah sedekah.”
Allah menyukai orang-orang yang istiqomah. Hal ini difirmankan oleh Allah dalam Quran Surat Al-Ahqaaf ayat 13, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.”
Salah satu bentuk melatih istiqomah diri adalah dengan cara bersedekah. Sedekah adalah pembelajaran kita untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas. Latih istiqomah dengan bersedekah melalui Dompet Dhuafa, klik banner di bawah ini.