5 Sikap Seorang Muslim Menghadapi Bencana Alam 2021

Kehidupan kita di dunia memang penuh dengan ujian. Seperti yang Indonesia alami saat ini dengan banyak bencana alam 2021 yang harus kita hadapi. Salah satu hikmah kejadiannya adalah, Allah SWT memberikan hal tersebut untuk menguji seberapa besar tingkat keimanan kita. Namun, ujian yang dihadapi oleh setiap orang bisa berbeda-beda. Ada yang diuji dengan hartanya, anak-anaknya, keluarga, jabatannya, dan lain sebagainya. Yang jelas, tidak ada satupun manusia di dunia ini yang benar-benar bebas dari masalah. Semua dengan ujiannya masing-masing dan porsinya masing-masing. Disitulah letak keadilan Allah.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Allah SWT dalam ayat berikut, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu di kembalikan” (QS: Al-Anbiya: 35).

Ujian di dunia salah satunya adalah bencana alam. Hampir setiap tahun dan waktu-waktu tertentu kita dihadapkan pada bencana alam. Walaupun tidak secara langsung kita mengalaminya, namun tentu sebagai saudara sesama bangsa kita akan turut merasakan kesedihan dan pedihnya juga. Disitulah kita juga diuji apakah kita mampu untuk berempati dan ikut membantu sesama.

Baca juga: Makna Berkah dan Keberkahan dalam Islam

Indonesia adalah salah satu negeri yang sering kali terjadi bencana alam. Mulai dari banjir, longsor, gunung merapi meletus, gempa bumi, dsb. Tidak jarang semua itu memakan korban dan menghilangkan harta benda yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Seperti yang terjadi di awal tahun 2021, ada banyak bencana alam yang terjadi di Indonesia.

Sikap Muslim Terhadap Bencana Alam 2021

Sebagai seorang muslim, bagaimanakah sikap yang benar jika kita harus menghadapi bencana alam? Khususnya di negeri sendiri dan yang menjadi korban adalah saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air. Apalagi, ada banyak bencana alam di taun 2021. Berikut adalah beberapa penjelasan yang bisa sahabat dapatkan.

  1. Ikhlas Menerima Setiap Ujian dan Kejadian

Sebagai seorang muslim, kita harus memahami dan meyakini bahwa setiap yang ada di alam semesta merupakan sunnatullah dari Allah. Semuanya berjalan atas hukum, aturan, ukuran, dan ketetapan dari Allah SWT. Bencana alam yang terjadi, semuanya terjadi bukan tiba-tiba. Ada prosesnya, ada aturannya, dan tidak semuanya bisa dipahami oleh manusia.

Baca juga: Cara Hidup Selalu Bersyukur

Terkadang dengan akal manusia yang serba terbatas, manusia tidak mampu untuk menghindarinya dengan sempurna. Namun, semua hal yang Allah ciptakan tersebut juga sebagai peringatan terhadap manusia.

Seperti yang disebutkan dalam QS: An-Nahl ayat 17, "Dan Dia menundukkan malam dan siang , matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)."

Semua yang terjadi adalah bentuk ketaatan dan kepatuhan dunia pada Allah SWT. Semuanya terjadi karena hukum yang telah Allah SWT buat. Ketentuan Allah meliputi semua yang terjadi di muka bumi, baik hal yang menyenangkan bagi manusia ataupun tidak. Namun sebagai umat Islam, kita harus ikhlas menerima setiap kejadian. Bagaimanapun kita tidak bisa mengubah hukum dan ketetapan yang telah Allah buat.

  1. Sebagai Langkah untuk Evaluasi

Dalam sebuah ayat, Allah menyampaikan bahwa kerusakan di muka bumi bisa terjadi karena ulah tangan manusia. Bisa jadi manusia merusaknya, dzalim memperlakukan alam, hingga yang terjadi adalah kerusakan. “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar Ruum:41)

Ketika ada bencana alam terjadi, sudah sepatutnya kita mengevaluasi diri. Apakah selama ini kita sudah benar-benar menjaga dan memelihara alam dengan baik. Jangan sampai kita menyalahkan Allah SWT atau menyalahkan alam itu sendiri atas segala bencana yang terjadi. Misalnya saja saat terjadi banjir, kebakaran hutan, kabut asap, semua itu terjadi karena adanya sebab akibat ulah tangan manusia.

Baca juga: Doa Tolak Bala

Pantaslah jika Allah memperingati kita dengan ayat berikut, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS: Al-Baqarah: 30)

Sudah sepantasnya kita mengevaluasi diri. Jika kita sebagai masyarakat biasa, kita bisa memperbaiki kebiasaan kita dalam kehidupan sehari-hari terhadap alam dan lingkungan. Jika kita sebagai orang yang berkuasa dan memiliki pengaruh besar, kita bisa mengevaluasi apakah selama ini sistem dan tatanan yang kita bangun sudah benar-benar thoyibah.

  1. Menghindari Wabah dan Bencana

Saat terjadi bencana, sikap seorang muslim sudah seharusnya untuk menghindarinya. Bukan berdiam diri dan pasrah dengan keadaan. Jika kita bisa berbuat sesuatu untuk banyak orang maka lakukanlah. Allah SWT pun memperingati agar kita tidak melampaui batas agar bumi ini bisa terjaga dengan baik. Seperti yang disampaikan dalam ayat berikut, “Dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melampaui batas, yaitu mereka yang berbuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (QS: As-Syuara: 151-152)

Untuk itu, kita pun diperintahkan untuk senantiasa menjaga keadilan dan keseimbangan di muka bumi. Seperti yang juga tercantum dalam ayat berikut, “Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di muka bumi” (QS: As-Syuara: 183)

  1. Tidak Melakukan Hal-Hal yang Memancing Bencana Lebih Besar Lagi

Jika bencana sudah terjadi, maka sudah sepatutnya kita tidak memancing murka Allah SWT dan melakukan hal-hal yang memperburuk keadaan. Penyelesaian bencana harus dilakukan dengan rasional dan ilmu pengetahuan yang benar, yaitu oleh ahlinya. Selain itu, janganlah juga berbuat syirik atau meminta pada selain dari Allah SWT.

Di saat seperti itu, maka kesempatan kita untuk memohon dan meminta kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan perlindungan, ketentraman, dan kedamaian. Kita memohon kepada satu-satunya Tuhan Semesta Alam, bukan kepada hal lain yang mengundang sikap menyekutukan Allah.

Selain itu, dalam sebuah ayat Allah juga menyampaikan bahwa ciptakanlah rasa takut kepada Allah, berdoalah, dan janganlah kita berbuat kerusakan di muka bumi. “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS: Al-A’raf: 56)

Kerusakan dalam ayat ini bisa yang bersifat fisik terhadap alam ataupun juga kerusakan moral, akhlak, atau sistem sosial. Walau bagaimanapun kesemua hal tersebut saling berkesinambungan terhadap kehidupan manusia di dunia ini.

  1. Bersikap Empati, Membantu dan Peduli Terhadap Sesama

Dalam Islam, Itsar adalah sikap tertinggi dari hubungan persaudaraan sesama muslim. Itsar adalah sikap mendahulukan saudaranya sendiri, seperti yang pernah dilakukan oleh kaum Muhadjirin dan Anshar saat di Madinah, pada zaman Rasulullah SAW dulu. Mereka saling membantu, saling mendahulukan, dan tidak bisa jika melihat ada saudaranya yang sakit, terkena masalah, atau bersedih.

Baca juga: 7 Cara Mudah Peduli dan Berbagi

Betapa indahnya jika kitapun bisa berlaku hal tersebut, apalagi terhadap saudara-saudara yang terkena bencana. Kita bisa memberikan bantuan berupa harta, tenaga sebagai relawan, dukungan, semangat, bahkan

 doa untuk mereka. Kita bisa merasakan bagaimana jika kita pun di posisi mereka yang terkena bencana tentu hal-hal tersebut sangat kita butuhkan sekali.

Itulah kelima hal yang bisa kita lakukan bagi seorang muslim jika menghadapi bencana. Semoga kita bisa mengamalkannya dan negeri tercinta Indonesia segera dipulihkan oleh Allah SWT dari segala bencana yang terjadi.