Ikuti International TWIN-SEA Workshop, Dompet Dhuafa Sinergi Dukung Perbaikan Alam

JAKARTA- Fenomena-fenomena alam yang terjadi akhir-akhir ini menjadi semakin sulit diprediksi dan diperkirakan dampak yang dihasilkannya. Disamping itu, bencana alam pun semakin sering terjadi. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Atas problematika tersebut, para pakar berpendapat, kondisi tersebut akibat dari perubahan iklim yang terjadi.

Perubahan iklim merupakan suatu keadaan berubahnya pola iklim dari pola yang terjadi seperti biasanya menjadi kondisi yang belum diketahui polanya. Suatu daerah mungkin mengalami pemanasan, tetapi daerah lain mengalami pendinginan yang tidak wajar. Akibat kacaunya arus dingin dan panas ini maka perubahan iklim juga menciptakan fenomena cuaca yang kacau, termasuk curah hujan yang tidak menentu, aliran panas dan dingin yang ekstrem, arah angin yang berubah drastis, dan sebagainya.

Melihat problematika tersebut, Dompet Dhuafa melalui program Semesta Hijau turut bersinergi dalam perbaikan daya dukung lingkungan, mengikuti International TWIN-SEA Workshop, lokakarya ilmiah berupa pemaparan dan diskusi mengenai perubahan iklim dan pengaruhnya pada kondisi sosial masyarakat wilayah pesisir di Indonesia.

Kegiatan yang diadakan oleh United Nation University – Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS), Franzius-Institute (FI) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta didukung oleh Bundesministerium for Building und Forschung. Kegiatan berlangsung selama dua hari, pada Senin-Selasa (23-24/3) lalu, di Gedung PD11 LIPI, Jalan Jenderal Gatot Subroto 10, Jakarta.

Dalam workshop tersebut dibahas, mengenai beberapa faktor yang menyebabkan perubahan iklim. Salahsatu di antaranya yakni akibat ulah manusia. Para pakar menilai, manusia yang terus menerus menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi.

Faktor perubahan iklim lainnya yang sering terdengar ditelinga masyarakat, yakni mencairnya es di Kutub Utara, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, pemutihan terumbu karang dan gelombang badai besar. Tentu dampak besar akan dirasakan wilayah-wilayah di berbagai belahan dunia, seperti negara pesisir pantai, negara kepulauan, dan daerah negara yang kurang berkembang seperti Asia Tenggara.

Para pembicara ini berasal dari kalangan organisasi yang secara khusus bekerja di bidang pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim atau dengan nama Disaster Risk Reduction and Climate Change Adaptation (DRR/CCA) dari kementerian Indonesia, LIPI, UNU-EHS, Profesor dan mahasiswa Universitas dari Jerman dan Indonesia, NGO internasional, dan dari sektor swasta.

Pada kegiatan ini terdapat peluang besar Semesta Hijau untuk membangun jaringan, kolaborasi dan berbagi informasi dalam kaitannya denganpenelitian DRR/CCA dan program di Indonesia dan regional, bersinergi dalam mendukung perbaikan alam dan lingkungan. (Semai)

 

Editor: Uyang