Anton Aminoto (29), saat mengikuti pelatihan program desain grafis di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa (Foto: Uyang/Dompet Dhuafa)
Berangkat dari ketidakmampuannya memiliki keterampilan membuat Anton Aminoto (29), salah satu penerima manfaat Program Kemandirian (IK) Dompet Dhuafa untuk semangat meraih masa depan yang lebih baik. Pria asal Tangerang yang putus sekolah ini merasakan perubahan luar biasa setelah mengikuti pelatihan program desain grafis dan sablon, salah satu kelas dalam Program IK ini.
“Yang saya rasakan sangat bermanfaat, dari tidak tahu apa-apa tentang desain grafis, sablon sekarang menjadi tahu,” terangnya.
Anton demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini menuturkan, kelas pada program desain grafis dan sablon yang dijalaninya selama enam bulan mengajarkan beberapa materi seperti aplikasi coreldraw dan photoshop. Anton mengaku sangat antusias dalam mengikuti materi-materi yang diberikan.
Setelah enam bulan lamanya mendapatkan pelatihan, Anton pun tak ingin menyimpan ilmunya begitu saja. Secara perlahan ia mulai mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperolehnya. Kini, ia menggeluti beberapa usaha seperti mengembangkan usaha jasa desainnya kembali yang sempat meredup, seperti terima desain undangan, dan edit foto pernikahan.
Sebelum mahir dalam mendesain foto atau kaos, Anton mengaku sering sekali meminta bantuan orang lain untuk mengerjakan usaha desain yang sudah menjadi satu-satunya usaha yang dijalankannya di rumah. “Jika saya sudah mahir dalam mendesain foto, kaos atau undangan, tentu saya tidak akan keluar uang banyak dan dapat mencukupi kebutuhan hidup,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, akhirnya Anton memiliki tekad untuk mengasah kemampuannya memperdalam ilmu desain. Tak lama, seorang teman yang ternyata juga merupakan penerima manfaat di Institut Kemandirian, memberinya kabar dan mengajaknya untuk mendaftar.
“Saya diberitahu bahwa Dompet Dhuafa memiliki program bernama Institut Kemandirian yang mengajarkan pelatihan desain grafis. Jelas dari situ saya tertarik dan ingin mendapat pelatihan di kampus tersebut,” tambahnya.
Sebelum bergabung di Institut Kemandirian, Anton yang sudah menikah dan dikaruniai seorang anak ini, sebelum membuka usaha jasa desain, juga mengaku pernah bekerja serabutan. Menjadi tulang punggung keluarga membuatnya termotivasi untuk mengikuti program yang masih dijalankannya ini.
“Bisa dibilang kuli. Teman-teman saya kan pada buka usaha toko, nah saya hanya bagian pengantar dan merapikan, serta mengangkut barang-barang,” ungkapnya.
Kini, materi-materi yang telah diterimanya selama belajar di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa telah diaplikasikannya. Anton telah menerima orderan desain undangan sebanyak 600 undangan, dengan biaya 1 undangan Rp 7000 + cetak dan desain, serta menerima order edit foto wedding pada beberapa waktu lalu. Omset yang diterima dari order desain undangan dan edit foto wedding, sekitar Rp 4.200.000 untuk 600 undangan, serta Rp. 2.000.000 untuk edit foto wedding.
“Alhamdulillah, saya hanya bisa berucap syukur terus-terusan,” ucapnya lirih.
Anton sudah bersyukur dengan apa yang dirasakannya saat ini. Namun, ia masih memiliki impian untuk membuat usaha jasa desain yang digelutinya selama 15 tahun tersebut, dapat berkembang pesat dengan membuka cabang-cabang di beberapa tempat.
“Pengennya bisa buka cabang, kalo ada modalnya, sekarang nabung dulu. Karena saya juga ingin sekali berangkatkan orangtua saya ke tanah suci,” harapnya. (Uyang)