Jumaeri Ingin Kembali Bekerja

TANGERANG SELATAN — Matanya nanar memandang langit-langit klinik yang baru pertama kali ia kunjungi. Satu kakinya ia naikkan ke atas sofa. Di mana ia dan istrinya duduk menunggu kelanjutan nasib. Tongkat yang membantunya berjalan, ia sandarkan ke tembok di sebelahnya. Pak Jumaeri, sudah lima bulan ia bergantung pada tongkatnya. Kaki kirinya tidak dapat berjalan semenjak kecelakaan pada Agustus 2016.

Karyawan sebuah perusahaan swasta ini mengalami kecelakaan naas saat dirinya pulang kerja. Pengendara motor yang menabraknya kabur tak mengenal tanggung jawab. Pak Jumaeri dibiarkan tergeletak tak berdaya di badan jalan. Awalnya ia hanya mengira patah tulang biasa, yang dapat “diselesaikan” oleh tukang urut. Beberapa kali ia pergi ke tukang urut bersama istrinya, jawaban yang ia dapat tetap sama. Ini tidak bisa ditangani, harus dioperasi. Sejak saat itu pula, ia berhenti bekerja. Bagaimana mau bekerja, berjalan saja tidak mampu.

Pasca dirinya berhenti bekerja, maka berhenti pula dapurnya mengepul. Uang tabungannya sedikit demi sedikit, habis untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari istri dan ketujuh anaknya. Bebannya bertambah ketika ia menghadapi kenyataan bahwa kakinya harus dioperasi. Bahkan salah satu anak laki-lakinya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, harus putus sekolah. Karena harus membantu keluarga mencari sesuap nasi. Beruntung ada seorang temannya yang bersedia membantu penderitaan Pak Jumaeri. Namun, Pak Jumaeri tidak ingin terus menerus menerima uluran tangan dari temannya tersebut. Ia ingin segera kembali bekerja.

Salah seorang kerabatnya kemudian menyarankan agar ia datang ke Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa, di daerah Ciputat. Tanpa berfikir panjang, Pak Jumaeri memutuskan untuk datang ke LKC Dompet Dhuafa. Tentu dengan harapan dapat sembuh dan kembali bekerja. Ibarat kejatuhan durian runtuh, Pak Jumaeri langsung dirujuk untuk mendapatkan operasi di RS Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa di Parung, Bogor, tanpa biaya sepeser pun. Matanya kini sedikit berbinar. Namun tetap masih memikirkan bagaimana keluarganya hidup, selama ia dalam masa pemulihan. Dalam tatapan kosongnya terselip doa dalam kalbu. Memohon agar hidupnya dan keluarganya dapat terus berjalan. (Dompet Dhuafaa/Dea)