SALATIGA — Pada Selasa (23/5/2023) pukul 12.00 WIB, sebuah kampus di Salatiga, Jawa Tengah tampak sibuk dan dipenuhi dengan aktivitas. Apalagi saat jam istirahat makan siang datang, ini adalah momen yang dinantikan oleh para mahasiswa.
Suasana begitu hidup dan riuh, aroma soto dan mie instan yang lezat tercium di udara, menggugah selera. Deretan meja dan kursi terisi penuh dengan mahasiswa yang sibuk makan, tertawa, juga bercengkrama.
Tampak juga seorang pria berusia 24 tahun yang akrab disapa Busro sedang melayani para pembeli di Kantin Kontainer Dompet Dhuafa. Ia merupakan mahasiswa semester 8 jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga. Ya, Busro adalah Koordinator sekaligus Pengelola Kantin Kontainer Dompet Dhuafa.
Baca juga: Kantin Kontainer Dompet Dhuafa Sejahterakan Mahasiswa hingga Cetak Generasi Wirausaha
Lahir dan besar di Purwodadi, Grobogan, Ahmad Busro Mustofa, sukses menjalankan dan mengelola Kantin Kontainer Dompet Dhuafa, yang merupakan program pemberdayaan di bidang ekonomi. Kantin Kontainer ini merupakan program beasiswa wirausaha yang diperuntukkan bagi mahasiswa kurang mampu. Caranya adalah dengan mengelola kantin yang terbuat dari kontainer.
Di kantin yang Busro kelola, ada berbagai pilihan makanan, mulai dari hidangan tradisional yang khas hingga hidangan kekinian. Tiba di Kantin Kontainer Dompet Dhuafa, terlihat antrean panjang memenuhi kontainer. Para mahasiswa berjejer dengan sabar, memilih menu jajanan dan makanan favorit mereka. Hingga kini, Busro dan ketiga timnya memiliki 12 supplier produk makanan yang berasal dari kalangan mahasiswa UIN Salatiga.
Di balik kepiawaiannya mengelola Kantin Kontainer, Busro hanya seorang anak petani yang memiliki tekad dan juga mimpi yang kuat untuk bisa berkuliah. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai petani ladang Jagung di Purwodadi.
Baca juga: ETOS ID dan BAKTI NUSA, Dua Beasiswa Dompet Dhuafa untuk Mahasiswa
Tekad dan semangat Busro, untuk bisa mengenyam pendidikan yang layak sudah tercapai. Melalui program Kantin Kontainer, Busro mengaku merasa beruntung lantaran ini sangat membantu kelancaran kuliahnya. Mengingat kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan dan belum mampu memenuhi dan membiayai keperluannya selama kuliah, berbagai pekerjaan serabutan pun ia lakoni untuk mencari tambahan pemasukan.
“Saya nunda kuliah setahun, karena di daerah saya kan jarang yang kuliah. Saya ikut kerja bapak, berladang, terus di proyek, kuli bangunan, terus bertekad pengin kuliah, tapi dengan biaya sendiri. Sudah tekad dari rumah seperti itu. Walaupun pas awal merantau juga bingung mau ngapain,” terang Busro.
Lebih lanjut, sebelum berjodoh dengan Kantin Kontainer Busro mengaku sempat bekerja sebagai ojek online. Hingga akhirnya ia mendapat informasi mengenai perekrutan pengelola kantin, pasalnya untuk mengelola Kantin Kontainer dan menjadi penerima manfaat harus melewati berbagai tahap dan seleksi.
“Terus saya lanjutin narik ojol (ojek online), dipinjami akun teman, karena kalau nggak kerja saya nggak jajan di sini. Terus akhirnya ada rekrutan Kantin Kontainer, saya daftar terus kami (ikut) seleksi,” tambah Busro kepada Dompet Dhuafa.
Semangat dan tekad itulah yang akhirnya berhasil mengantarkan Busro mendapat beasiswa, ia berhasil menembus keterbatasan. Di samping itu, melalui Kantin Kontainer Dompet Dhuafa sebagai lembaga pemberdaya masyarakat menginginkan adanya keahlian entrepreneur untuk mahasiswa.
“Karena mau beda, orang tua pernah bilang kalau ibu lulusan SD anak lulusan SMP, itu orang tua sukses. Kalau orang tua lulusan SMA anak bisa sarjana itu orang tua sukses, makanya saya ambil kuliah untuk mengangkat derajat orang tua,” terangnya.
Baca juga: Diaspora Bercerita: Melintas Batas, Bangun Mimpi Anak Indonesia
Busro menerangkan bahwa sejak awal semester ia telah membiayai kuliahnya sendiri berkat jerih payah yang ia lakukan juga dukungan dari Dompet Dhuafa.
“Itu terasa dampaknya, di segi ekonomi sangat terasa dan sangat manfaat sekali karena kalau saya pribadi hasil di sini saya fokuskan ke UKT. Jadi, ini tempat bersejarah juga nanti buat portofolio. Semua teman-teman yang wisuda foto di sini dari 2017,” lanjutnya.
Sempat berhenti beroperasi selama 2 tahun akibat adanya Covid-19, Busro bersama ke tiga orang dalam timnya berhasil mengembalikan kejayaan Kantin Kontainer Dompet Dhuafa. Kini, Kantin Kontainer mampu mencapai omzet berkisar Rp1.500.000 per hari. Sementara perminggu Kantin Kontainer mampu mengantongi omzet sebesar Rp6.000.000 hingga Rp7.000.000. Pendapatan tersebut mampu melunasi pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) Busro dan kawan-kawan.
Hasil dari keuntungan Kantin Kontainer tersebut kini digunakan sebagai operasional kantin dan gaji mahasiswa yang menjadi pengelola. Selain itu, sebanyak 2,5 persen dari keuntungan kantin dibayarkan sebagai zakat melalui Dompet Dhuafa.
“Omzet perhari 2000-2500, biasanya kami potong 1.000 untuk potong supplier, berarti tinggal 1,500. Kalau per minggu ya berarti dapet 6000-7000 omzet, belum profit, kalau profit bersih kita simpan, kadang di angka 3000 per minggu, dan kondisi mahasiswa juga pengaruh,” tutup Busro.
Dompet Dhuafa berfokus dalam membangun kemandirian ekonomi dan sosial masyarakat duafa. Sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat, Dompet Dhuafa telah berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi mereka yang kurang mampu. (Dompet Dhuafa/Anndini)