Kekeringan Melanda, Warga Muara Gembong Gantungkan Air dari Sumur Dompet Dhuafa

BEKASI — Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, sudah tidak kaget jika dilanda banjir. Pasalnya desa tersebut merupakan daerah langganan banjir. Menurut keterangan Ahmad Baikhaki, selaku koordinator program Kawasan Tanggap Bencana (KTB) Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, banjir kerap melanda Desa Pantai Harapan Jaya tiap tahunnya.

“Desa ini merupakan daerah langganan banjir tiap tahun. Kita juga sudah memiliki upaya-upaya awal untuk menyusun kebijakan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) di tingkat desa,” terang Baikhaki, Selasa (23/7/2019).

Usai banjir 2016 berakhir, DMC Dompet Dhuafa melalui program Kawasan Tanggap Bencana (KTB) mengadakan pelatihan dasar penanggulangan resiko bencana bersama masyarakat Desa Pantai harapan Jaya. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama tiga hari dengan melibatkan 30 orang yang terdiri dari unsur pemerintahan desa dan masyarakat setempat.

Masyarakat diajak untuk memahami upaya-upaya awal mengurangi risiko dampak banjir dengan memiliki bale minimal dua buah di setiap rumah. Demikian agar ketika volume air meningkat, warga dapat menyelamatkan barang-barangnya. Selain itu, pemerintah desa menghimbau pentingnya menerapkan kalender musim saat bercocok tanam. Sehingga warga dapat memperdiksi waktu paling tepat untuk bercocok hingga panen, serta menghindari terjadinya gagal panen akibat banjir.

“DMC Dompet Dhuafa juga telah memberikan bantuan berupa perahu bermesin berkapasitas delapan orang untuk warga desa saat membantu bencana banjir 2016 silam” ungkap Baikhaki.

Kini bukan hanya banjir yang kerap melanda Desa Pantai Harapan Jaya, cuaca panas dan tanah tandus juga kerap kali terjadi di desa tersebut. Adidah (36), Salah seorang warga dusun IV Desa Pantai harapan jaya saat didatangi tim Dompet Dhuafa, Selasa (23/7/2019), mengatakan kekeringan sudah melanda desanya sejak tiga bulan terakhir. Ia juga mengaku warga kesulitan mendapatkan air bersih dan lahan persawahan menjadi tandus. Sehingga tidak dapat dikelola sama sekali.

Warga yang awalnya memanfaatkan air Sungai Ciherang untuk kebutuhan sehari-hari, kini tidak lagi. Sejak kekeringan melanda, air sungai menjadi kuning dan asin. Kemudian Adidah dan warga lainnya kembali memanfaatkan sumur air bersih yang didirikan oleh DMC Dompet Dhuafa tiga tahun silam.

Lebih jauh Adidah menerangkan bencana kekeringan membuat beberapa warga rela membeli air galon untuk keperluan masak dan minum. Dalam satu hari warga bisa membeli 2 hingga 4 galon tergantung kebutuhan. Tentunya sangat memberatkan bagi warga dengan pendapatan yang minim. Ironisnya, tidak sedikit mereka yang sehari-harinya berprofesi sebagai tani, kini berbondong merantau ke Jakarta menjadi buruh bangunan.

Keberadaan sumur dari donatur Dompet Dhuafa, menjadi berkah penuh rasa syukur dari para warga Desa Pantai Harapan Jaya.

“Saya berterima kasih sekali dengan keberadaan sumur ini. Untuk warga yang ekonominya pas-pasan, yang tidak mampu menggali sumur, bisa memanfaatkannya secara gratis, untuk menyuci dan mandi. Sangat membantu sekali,” ungkap Adidah.

Baikhaki menuturkan, sumur air bersih yang dibangun DMC bersama warga sekitar dapat menampung air hingga 2.200 liter. Pembangunan sumur air bersih merupakan bentuk upaya meminimalisir resiko bencana kekeringan yang kerap melanda desa. Setiap harinya saat musim paceklik, warga yang memanfaatkan sumur, berjumlah puluhan yang kebanyakan berasal dari Dusun IV Desa Pantai Harapan Jaya. (Dompet Dhuafa/Muthohar)