Kemarau, Menguras Sungai di Kabupaten Banyumas

BANYUMAS– Gelombang panas El Nino dirasakan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Gelombang panas di musim kemarau berakibat kekeringan di berbagai tempat. Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, misalnya, akibat kekeringan yang panjang sudah dua kali musim tanam para petani tidak bisa menggarap sawah. Kekeringan tahun ini memang lebih panjang dari tahun sebelumnya.

Titi Ngudiati, salah satu relawan Dompet Dhuafa Jawa Tengah, mengatakan, bahwa kekeringan telah membuat Sungai Tajum kering dan hanya tersisa sedikit air. Itupun harus melalui penggalian jika warga ingin mendapatkannya. Sungai yang bermata air di Desa Samudra, Kecamatan Gumelar ini menjadi sumber pengairan utama di daerah tersebut. Warga pun memanfaatkan sungai yang kering ini sebagai jalur alternatif bagi kendaraan roda dua dan empat.

Dompet Dhuafa pun turut memberikan bantuan bagi warga yang di desanya mengalami kekeringan dengan dropping air. “Selain dari Dompet Dhuafa Jawa Tengah, DMC (Disaster Management Center) juga sudah turun tangan untuk melakukan droping air. Selain droping, DMC pun membangun instalasi air besih, berupa sumur dan penampungan air di RT 4/3 Desa Kaliwangi, Kec. Purwojati, Kab Banyumas,” ungkap Titi melalui pesan singkat pada Selasa (20/10).

Kekeringan di daerah ini mulai dirasakan pada Mei. Namun untuk Jawa Tengah sendiri data dari BNBP(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Jateng, kekeringan parah dirasakan sejak Agustus. Saat ini relawan Dompet Dhuafa sedang memasang instalasi listrik di Desa Kaliwangi, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas. Sementara listrik belum terpasang, warga menampung air di penampungan-penampungan air yang disediakan secara pribadi.

Untuk dua musim panen sekarang, petani tidak menanam. Petani tidak dapat menggarap sawah akibat ketidak tersediaan air, karena sawah mengandalkan air hujan untuk pengairan atau tadah hujan. (Dompet Dhuafa/Erni)