Sahabat, dalam menjalani kehidupan ini, seringkali kita dihadapkan pada situasi-situasi yang memerlukan kesabaran. Namun, pernahkah Sahabat bertanya, “Benarkah kesabaran ada batasnya?” Mari kita coba telaah pandangan dalam Islam terkait dengan konsep kesabaran ini.
Dalam ajaran Islam, kesabaran dianggap sebagai salah satu sifat mulia yang sangat dianjurkan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kesabaran dan shalat) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153).
Pandangan Islam tentang kesabaran sangatlah jelas; itu adalah kekuatan yang memungkinkan kita tetap tenang dan tabah di tengah ujian hidup. Namun, apakah ada batasnya?
Baca Juga: Doa Nabi Yunus dalam Al-Quran dan Hikmahnya
Kesabaran Tanpa Batas?
Dalam banyak konteks, kesabaran memang sering diartikan sebagai kemampuan untuk tetap tabah tanpa mengenal batas waktu. Namun, apakah ada kondisi di mana kesabaran memiliki batasnya? Ketika kita berbicara tentang “kesabaran ada batasnya,” kita perlu memahami bahwa dalam konteks Islam, kesabaran memang memiliki batasan. Kesabaran bukanlah penderitaan yang tak berujung tanpa akhir, melainkan ujian yang diukur dan diberikan oleh Allah sesuai dengan kapasitas setiap hamba-Nya.
Allah tidak memberikan beban melebihi apa yang dapat kita pikul. Oleh karena itu, sementara kita diuji, kita diberikan kemampuan untuk bersabar. Jika kita mencapai batasnya, Allah memberikan bantuan dan kelapangan setelah kesulitan. Firman-Nya dalam Surah Al-Inshirah (94:6-7) menyatakan, “Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan.”
Dalam perspektif agama Islam, kesabaran memang dianjurkan, tetapi bukan berarti kita harus bersabar tanpa batas dalam menghadapi ketidakadilan atau penderitaan. Rasulullah SAW sendiri memberikan pengajaran bahwa kita boleh berusaha mencari perubahan jika kita mampu, dan jika tidak, maka kita berhak untuk berdoa kepada Allah SWT agar diberikan jalan keluar. Kita bisa belajar dari para Nabi terdahulu.
- Nabi Ayyub : Nabi Ayyub adalah salah satu Nabi yang mengalami ujian berat, baik dari segi kesehatan maupun harta. Meskipun dalam keadaan yang sulit, beliau tetap bersabar dan memohon hanya kepada Allah. Al-Qur’an menyatakan, “Sesungguhnya Kami mendapati dia seorang yang sabar. Sungguh, dia adalah seorang hamba yang bersyukur.” (Sad: 44)
- Nabi Yunus : Nabi Yunus menghadapi ujian ketika dia dikepung oleh kesulitan di dalam perut ikan. Meskipun dalam keadaan yang sangat sulit, dia tidak kehilangan kesabaran dan terus berdoa kepada Allah. Akhirnya, Allah membebaskannya dan mengampuni umatnya. Ini adalah contoh lain tentang bagaimana kesabaran dapat mengubah takdir.
- Nabi Musa: Nabi Musa, salah satu Nabi besar, menghadapi berbagai ujian dalam menyampaikan risalah Allah. Tidak hanya itu, beliau juga dihadapkan pada tantangan besar ketika melintasi Laut Merah bersama kaumnya. Meskipun dihadapkan pada situasi yang tampak tak teratasi, Nabi Musa tetap bersabar dan yakin pada janji Allah.
- Nabi Muhammad SAW: Rasulullah Muhammad SAW, sebagai penutup para Nabi, adalah teladan kesabaran yang luar biasa. Dalam menghadapi tantangan dan penolakan di awal dakwahnya, hingga saat-saat sulit dalam perang Badar dan Uhud, Rasulullah tetap sabar dan tawakal kepada Allah.
- Nabi Ibrahim: Nabi Ibrahim, dikenal sebagai “Khalilullah” atau Sahabat Allah, menghadapi berbagai ujian, termasuk ujian yang melibatkan keluarganya. Meskipun diuji dengan perintah untuk menyembelih putranya, Nabi Ibrahim tetap bersabar dan taat kepada perintah Allah.
Baca Juga: Bacaan Doa Nabi Daud dan Maknanya Bagi Seorang Muslim
Batasan Kesabaran dalam Konteks Kehidupan
Sahabat, Islam memberikan pengertian bahwa kesabaran bukanlah bentuk pasrah diri terhadap segala kondisi. Kita diizinkan untuk berusaha dan mencari solusi terbaik dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh agama. Kehidupan ini memang ujian, tetapi Allah juga memberikan akal dan kemampuan kepada kita untuk mengubah keadaan yang tidak adil.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik orang mukmin adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, dan seburuk-buruk orang mukmin adalah yang paling banyak duduk menuntut (meminta-minta).” (HR. Bukhari)
Untuk itu, kita perlu bijak dalam menghadapi ujian. Kesabaran bukanlah pembenaran untuk terus menderita tanpa usaha. Jika kita mampu berbuat sesuatu untuk perubahan yang lebih baik, maka berusahalah. Allah memberikan kita akal dan kemampuan untuk membedakan antara hal-hal yang dapat kita ubah dan yang tidak.
Artinya, kesabaran dalam proses menghadapi ujian memang tidak boleh ada batasan. Namun, kesabaran dalam arti melawan dan menghadapi kedzaliman tentu ada batasnya, agar bisa terus bangkit dan berjuang menghadapinya.