Keterbatasan Fisik, Tak Membuat Parwi Lemah Jalani Hidup

Keterbatasan fisik  sering menjadi alasan orang untuk menyerah pada keadaan. Semua dipasrahkan kepada Yang Maha Kuasa seolah-olah tidak ada harapan. Maka tidak heran jika munculah pengemis dengan mengandalkan keterbatasan fisiknya untuk mengiba belas kasihan orang.

Tidak sedikit penyandang disabilitas mampu keluar dari tekanan hidup, dan tidak mau hanya menjadi beban hidup orang lain. Salah satunya adalah Parwi, penyandang disabilitas tuna netra yang tinggal di bilangan Kramat Jati. Mengalami kebutaan semenjak lulus SMA, ia terus berusaha mandiri agar tidak menjadi beban orang tua. Ia memutuskan merantau ke Jakarta pada tahun 1988.

Sedikit kemampuan memijat ia jadikan bekal merantau. Tapi kecerdasan finasialnya, membuat ia melirik peluang usaha lain yaitu jual beli motor bekas. Kemudian ia juga membuka jasa perpanjangan surat-surat kendaraan bermotor. Ia memperluas usahanya,  ia merambah usaha penyediaan jasa elektronik.

“Dulu pernah jualan motor bekas, terus buka jasa perpanjangan STNK. Banyak yang minta tolong kebanyakan dari Jawa ada juga  yang dari Sumatera. Terus daya usaha kredit elektronik, saya kerjasama dengan personalia perusahaan. Saya datang ke kantor, kemudian saya jelasin Alhamdulillah di acc. Alhamdulillah penghasilannya lumayan” terang bapak dua anak ini.

Usahanya mulai mengalami surut karena mulai menjamurnya kartu kredit dengan bunga 0%. “Usaha saya mulai berhenti ketika  mulai menjamur kartu kredit dengan bunga 0%. Padahal sama aja, sebelum beli harga pada dinaikin dulu. Akhirnya saya tarik semua asset saya total sebesar 600 juta’”, ungkap Parwi.

Tidak patah arang, ide bisnisnya menggelora. Ia kemudian membuat kos-kosan di Solo, Jawa Tengah Kota kelahiran istrinya. Ia juga menyewakan lahan depan rumahnya pada sebuah percetakan. Hasil usahanya bisa menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi.

Ditengah kesuksesannya dalam hidup, ia tidak lupa kepada sesama penyandang disabilitas. Ia selalu memperjuangkan teman-temannya untuk mendapat perhatian dari pemerintah. Walaupun terkadang mendapat cibiran, tapi ia tidak putus asa.

Sekarang ia menjadi mitra program Pemberdayaan Ekonomi Penyandang Tuna Netra yang digulirkan oleh Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa (DD). Bersama program ini Parwi ingin membantu teman-teman masih kekurangan, ia ingin mengangkat harkat penyandang disabilitas seperti dirinya sehingga tidak dipandang sebelah mata.

“Saya ingin koperasi yang dibentuk nanti bisa memberikan bantuan produktif kepada teman-teman. Mereka hanya mengandalkan pijat, hasilnya juga tidak menentu, dan tempatnya masih ngontrak. Terkadang kontrakan habis masanya, nggak ada uang untuk ngontrak lagi kan kasihan. Itukan sumber penghidupan utama mereka,” pungkasnya. (Slamet)

 

Editor: Uyang