TANGERANG SELATAN — “Pengen kerja di perusahaan bang, kayak orang-orang. Kalau dagang, penghasilannya gak nentu begini. Padahal pendidikan saya lumayan, lulusan SMK,” begitu keluh dan harap Rizki, kepada petugas survey Dompet Dhuafa yang menyambanginya di tempat ia berdagang.
Rizki (22), Seorang pemuda yang sehari-hari berjualan bunga Anggrek di Muara Karang, Jakarta Utara. Jarak yang ditempuhnya untuk berdagang memang sangat jauh. Ia berdomisili di Jalan H. Rean RT 04/01 Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan. Namun semua itu rela ia lakoni demi mengurangi beban Yuli Astuti (47), sang bunda, yang juga berdagang bunga Anggrek.
Di mata keluarga, Rizki, dikenal sebagai sosok pemalu nan ramah. Ia juga tak segan jika ada anggota keluarga atau tetangga yang membutuhkan tenaganya untuk dimintai tolong. Jika ia sedang tak berdagang, pemuda pemalu ini mengambil kerja serabutan dengan mengojek atau menjaga toko milik kawannya.
Pemuda pekerja keras ini memiliki keinginan untuk bekerja di Restoran cepat saji atau perusahaan produksi makanan olahan. Hal itu dikarenakan ia merasa punya minat dan passion besar di bidang tersebut. “Kebetulan saya suka masak di Rumah bang,” cetus pria bernama lengkap Rizki Arisandi ini.
Tiga tahun lalu, anak bungsu dari dua bersaudara ini memang telah menuntaskan pendidikan menengah atasnya. Namun ia belum pernah sekalipun merasakan bekerja di Perusahaan ataupun tempat lain layaknya pemuda lulusan SMA saat ini. Hal tersebut dikarenakan, ia tak mampu menunjukan ijazah yang diminta dan menjadi syarat utama di tempat yang ia lamar. Di tengah kondisi tersebut, Rizki tak patah arang. Ia tak berkecil hati dan tetap memendam hasrat untuk mampu bekerja di tempat yang ia inginkan.
Sebenarnya sudah ada dua pekerjaan yang menanti, kedua pekerjaan berasal dari kerabat kakaknya yang menyuruh untuk melamar di tempat ia bekerja. Referensi sudah ia kantongi. Namun itu belum cukup. Karena ia harus menyertakan ijazah sebagai salah satu syarat melamar ditempat yang ia tuju.
Gayung pun bersambut, tatkala Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa menerima informasi dari masyarakat terkait kebutuhan dan kesulitan Rizki. Ya, Dompet Dhuafa melaui program “Ijazah untuk Kehidupan”,membantu Rizki menebus ijazah yang telah “mangkrak” di sekolah selama kurang lebih tiga tahun ini. Putra kedua dari Yuli Astuti ini sangat berharap bahwa dengan ia bekerja, dapat membantu ekonomi sang ibu yang selama ini juga ditopang oleh sang Kakak.
“Alhamdulillah akhirnya ada juga ijazah ini, terima kasih buat semua pihak yang sudah membantu saya. Mudah-mudahan kebaikannya Allah SWT balas dengan pahala yang besar,” ucap Rizki dengan bahagia. (Dompet Dhuafa/Rifky LPM)