HARVEY, AUSTRALIA — Ketika bulan suci Ramadan tiba, umat muslim di seluruh dunia berbondong-bondong pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Tarawih setiap malamnya. Namun, mengutip kisah yang dibagikan oleh Dai Ambassador Dompet Dhuafa di Australia, bagi sekelompok muslim Indonesia yang tinggal di Harvey, perjalanan mereka menuju masjid untuk melaksanakan Tarawih bukanlah hal yang mudah.
Harvey merupakan sebuah kota kecil di Australia Barat. Letaknya sekitar 140 kilometer dari Kota Bunbury, tempat berdirinya satu-satunya masjid terdekat dari Harvey. Setiap malam Ramadan, warga muslim Harvey harus menempuh perjalanan panjang menuju Bunbury untuk dapat melaksanakan salat Tarawih.
Perjalanan ini tentu bukanlah hal yang mudah. Sebab jarak yang jauh dan membutuhkan waktu berjam-jam untuk bisa sampai di sana. Meski begitu, semangat warga muslim Harvey untuk melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadan tak luntur sedikitpun. Mereka rela menempuh jarak yang jauh demi bisa berkumpul bersama umat muslim lainnya di masjid.
Baca juga: Dai Ambassador Berangkat Misi Dakwah ke 16 Negara Selama Ramadan 1445 H
Kendala jarak dan waktu ini sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi mereka. Sebab, sejak awal kedatangan mereka di Australia, mereka sudah menyadari bahwa fasilitas ibadah seperti masjid tidak semasif di Indonesia. Namun, hal ini justru menjadi motivasi bagi mereka untuk lebih giat dalam melaksanakan ibadah.
Perjalanan panjang menuju masjid ini malah menjadi momen kebersamaan bagi masyarakat muslim Harvey. Selama perjalanan, mereka saling berbagi cerita dan pengalaman. Juga saling menguatkan iman satu sama lain. Ini adalah bukti bahwa semangat kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah di antara mereka cukup baik terjaga, meski berada jauh dari Tanah Air.
Bagi mereka, kebahagiaan yang mereka rasakan saat sampai di masjid hingga bisa melaksanakan salat Tarawih berjemaah, tak dapat digantikan oleh apa pun. Ini menjadi bukti bahwa iman dan semangat mereka dalam menjalankan ibadah tidak pudar, meski berada jauh dari Tanah Airnya dan menjadi minoritas di negeri orang.
Tama, salah satu jemaah yang berasal dari Aceh, turut mengungkapkan perasaannya kepada Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Australia, Ustaz Arif Ahmad Fauzi.
“Perjalanan ini memang melelahkan, tapi ketika kita sampai di masjid dan melihat saudara-saudara kita yang lain, semua rasa lelah itu hilang. Ini adalah perjalanan iman kita,” tutur Tama.
Baca juga: 35 Dai Ambassador Dompet Dhuafa Siap Gulirkan Program Ramadan 1445 H ke Mancanegara
Meski membahagiakan, perjalanan itu nyatanya tak selalu mulus. Ada banyak tantangan dan rintangan yang harus mereka hadapi. Mulai dari cuaca yang tidak menentu, kendala transportasi, hingga rasa lelah fisik karena bekerja seharian. Namun, semua itu tak menghilangkan semangat mereka untuk melaksanakan salat Tarawih.
Perjalanan ini adalah simbol dari perjuangan umat muslim untuk tetap menjalankan ibadah dengan baik di Negeri Kanguru yang mana Islam adalah agama minoritas. Ini adalah cerita tentang bagaimana iman bisa mengalahkan segala rintangan, dan bagaimana kebersamaan bisa membuat segala sesuatu terasa lebih mudah.
Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa apa pun rintangan yang ada asalkan kita memiliki iman yang kuat dan semangat yang tidak pernah pudar, maka langkah kita akan terasa ringan. (Dompet Dhuafa)
Rabu, 13 Maret 2024
Arif Ahmad Fauzi, Dai Ambassador Dompet Dhuafa