Kisah Dai Ambassador 2024: Semangat Muslim yang Membara di Bumi Sakura

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Jepang

JEPANG —Sister, I am really happy when Ramadan come and really, really, happy when I meet you now. Because I can share and ask you many things. (Saudariku, saya sangat senang saat Ramadan datang dan sangat, sangat, senang ketika saya bertemu dengan Anda sekarang. Karena, saya bisa berbagi dan bertanya banyak hal kepadamu,” Aisyah San, 63 tahun, seorang mualaf asal Filipina kepada Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Jepang, Ustazah Cutra Swan.

Aisyah begitu semringah setiap kali bertemu dengan para dai Dompet Dhuafa di rumah Ketua Ainul Yaqeen Foundation, Gina Farida Yazid yang terletak di Adachi-ku Tokyo. Menurut Ustazah Cutra, Aisyah selalu bergegas mengambil Al-Qur’an setelah salat Tarawih dan meminta sang ustazah untuk mengoreksi bacaannya. Hal tersebut rutin ia lakukan seusai salat Tarawih yang ditunaikan setelah ia bekerja seharian. Ayat demi ayat terus dibaca Aisyah dengan semangat, meski malam makin larut hingga mendekati pukul 24.00 waktu setempat.

“Biasanya, setelah mengaji ia akan bertanya tentang berbagai hal. Umumnya tentang apa yang ia temukan dalam Injil dan Al-Qur’an serta komparasi antara keduanya. Karena sebelum masuk Islam, Aisyah San adalah seorang penganut Kristen yang sangat taat, bahkan seorang penginjil,” kisah Ustazah Cutra Swan.

Baca juga: Jumat Terakhir di Korsel, Jemaah Ajak Dai Ambassador Kulineran, Coba Haemul Jjamppong yang Nikmat!

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Jepang
Ustazah Cutra Swan bersama Dai Ambassador Dompet Dhuafa lainnya tiba di Jepang.

Sensei Cutra… I’ve memorized the hadits about smile, please listen to me (Guru Cutra, saya sudah menghafal hadis tentang senyum, tolong dengarkan saya),” ujar Aisyah kepada Ustazah Cutra.

Aisyah San lalu melafalkan hadis yang baru saja diajarkan Ustazah Cutra kepadanya, yakni hadis tentang senyum kepada saudara adalah sedekah. Dengan penuh senyum dan lantang ia berteriak: …(تبسمك فى وجه أخيك صدقة)

Di lain waktu, Ustazah Cutra juga mendampingi dan mengajar anak-anak pada kegiatan Pesantren Kilat Ramadan. Sebanyak 35 anak yang mengikuti pesantren kilat itu pun berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Inggris, dan tentunya dari Jepang sendiri. Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Jepang itu mendampingi anak-anak dalam Pesantren Kilat selama 4 hari. 

“Mendengar celoteh anak-anak saleh yang semangat belajar Al-Qur’an, hadis, dan tepuk anak saleh, serta lagu-lagu TPA khas Indonesia lainnya, benar benar menyenangkan. Meskipun … mereka kesusahan dan lafal mereka berbeda dengan anak-anak Indonesia pada umumnya,” ujar Sang Ustazah.

Kesulitan pelafalan tersebut dipengaruhi oleh Bahasa Jepang yang adalah bahasa ibu mereka. Dalam Bahasa Jepang pelafalan huruf L berubah menjadi R atau akhiran N yang dilafalkan NG.

Baca juga: Dai Ambassador 2024: Negeri Seribu Gereja Jadi Tempat Nyaman Bagi Muslim Menjalankan Ramadan

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Jepang

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Jepang
Ustazah Cutra Swan mendampingi anak-anak muslim di Jepang pada kegiatan Pesantren Kilat Ramadan.

Pada lain kesempatan, Ustazah Cutra juga bertemu dengan pasangan suami-istri campuran atau mix marriage yang ingin melakukan konseling pernikahan. Mereka bertanya tentang banyak hal terkait masalah pernikahan yang mereka hadapi, Ustazah Cutra pun membantu mereka untuk dapat menemukan solusi dari masalahnya.

“Pengalaman-pengalaman menarik inilah di antaranya yang saya dapatkan saat menjadi Dai Ambassador Dompet Dhuafa. Satu hal yang sejak lama saya impikan saat menjadi penyuluh agama di Kementerian Agama. Memiliki kesempatan menebar manfaat seluas-luasnya, pengalaman dakwah mancanegara, berinteraksi dengan komunitas diaspora Indonesia yang berada di luar negeri, menghadapi berbagai problematika dakwah yang sangat menguji pengetahuan dan keterampilan, sehingga akhirnya akan memperkaya pengetahuan dan keterampilan saya sebagai penyuluh agama,” kisah Ustazah Cutra kepada Dompet Dhuafa.

“Berbagai pengalaman menarik ini saya rasakan selama menjalani Safari Dakwah Ramadan 1445 H di Jepang. Saya tidak sendiri. Saya dan teman-teman Dai Ambassador lainnya, yaitu Dr. Cecep Sobar Rachmat, Dr. Lukman Sumarna, dan Ustaz Ahmad Muqorobin,” lanjutnya.

Baca juga: Jumat Terakhir di Korsel, Jemaah Ajak Dai Ambassador Kulineran, Coba Haemul Jjamppong yang Nikmat!

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Jepang
Kegiatan safari dakwah Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Jepang, Ustazah Cutra Swan.

Saat pertama kali tiba di Bandara Narita Jepang pada Jumat (7/3/2024), rombongan Dai Ambassador Dompet Dhuafa sempat disambut salju. Ustazah Cutra dan teman-teman dai lainnya langsung melakukan kunjungan ke Masjid Camii Tokyo. Masjid tersebut banyak didatangi oleh muslim-muslimah dari berbagai negara. Terlebih saat itu hari Jumat. Ratusan orang memadati masjid untuk salat. Khotbah Jumat pun disampaikan dengan tiga bahasa, yakni Bahasa Jepang, Turki, dan Inggris. Setelah salat, jemaah kemudian makan bersama di hall yang telah disiapkan pihak masjid dengan sajian makanan khas Turki.

“Tak terasa safari dakwah saya di Jepang bersama Dai Ambassador Dompet Dhuafa harus berakhir. Pada tanggal 13 April 2024, akhirnya kami kembali ke Indonesia. Membawa semangat dakwah yang makin kuat membara di dada, setelah melihat semangat muslim-muslimah Jepang yang sangat merindukan sentuhan agama. Mereka tetap istikamah menunaikan salat Tarawih setiap malamnya selama Ramadan meskipun Tarawih baru bisa dilaksanakan larut malam setelah semua pulang dari bekerja,” ujar Ustazah Cutra.

Ustazah Cutra Swan terkagum melihat bagaimana para jemaahnya di Jepang begitu dahaga akan nilai-nilai Islam dan sangat semangat mempelajari agamanya. Sang Ustazah pun bertekad tidak akan menjadikan pertemuan ini sebagai pertemuan pertama dan terakhir. Namun, insyaallah akan ada pertemuan-pertemuan berikutnya di kesempatan yang lebih baik. Wallahu a’lam.

Ahad, 14 April 2024
Ustazah Cutra Zwan, Dai Ambassador Dompet Dhuafa 2024