CIANJUR, JAWA BARAT — “Saat itu (Senin, 21/11/2022, 13.21 WIB), saya sedang jualan (makanan) seblak melayani pelanggan. Eh, taunya semuanya pada berguncang. Saya langsung seret anak-anak keluar rumah. Untung masih sempat. Kalau telat sedikit saja, tidak tau gimana nasib kami sekarang,” kenang pilu seorang wanita paruh baya di Desa Benjot, Kecamatan Cugeunang, Kabupaten Cianjur.
Bernama Cucu Nur Jannah, ibu 35 tahun tersebut terlihat yang paling semangat memasak di tenda Dapur Umum yang didirikan oleh Dompet Dhuafa di kawasan Pondok Pesantren Al-Humaediyyah di Jl. Awi Larangan Kidul, RT 04 / RW 05, Desa Benjot, Kec Cugeunang. Kepada tim Dompet Dhuafa pada Kamis (24/11/2022), ia bercerita bagaimana pilunya saat gempa terjadi.
Tak pernah ada disangkanya kejadian ini menimpa keluarganya. Rumah sederhana yang telah lama ia diami benar-benar rusak parah. Bahkan, belum banyak barang yang dapat dievakuasi, melainkan baju yang saat itu sedang dijemur di luar rumah. Itu pun harus dicuci ulang dan dijemur kembali.
Sementara ini, Cucu beserta suami dan 5 (lima) anaknya tinggal di tenda terpal bergabung dengan 5 (lima) keluarga lain. Mirisnya, di tempat ini masih belum tersedia dapur umum. Warga yang mengungsi mengandalkan bantuan logistik makanan-makanan instan.
“Seringnya makanan instan, kayak mie. Kadang ada juga beras atau sayur, tapi dimasak masing-masing. Kadang pembagiannya tidak rata. Trus yang gak punya dapur jadinya susah,” ucap Cucu.
Dibangunnya dapur umum oleh Dompet Dhuafa tentu menjadi hal yang menyenangkan bagi para pengungsi di sana. Warga pun sangat antusias ikut terlibat di dalamnya. Terutama Cucu. Kelihaiannya dalam memasak kini begitu makin jelas nampak. Begitu pula semangatnya. Jiwa kerelawanannya pun tergugah. Terlihat di tempat penggorengan, hanya dia ditemani anak bungsunya yang ada di sana untuk memasak.
Target menggoreng sebanyak 500 potongan ayam pun tuntas diselesaikannya. Hal ini terjadi lantaran ia sangat ingin menunjukkan kepada para pengungsi lainnya agar terbangun rasa semangat untuk saling bantu-membantu.
“Saya senang sekali akhirnya ada dapur umum untuk bersama. Makanya saya juga semangat untuk ikut terlibat membantu,” cetusnya.
Si bungsu, Azka (2) sesekali terkadang ikut menghibur sang ibu, entah dengan bertingkah lugu ataupun berpura dungu. (Dompet Dhuafa / Muthohar)