JAKARTA — Tak diragukan lagi, wanita merupakan makhluk terkuat yang diciptakan Allah SWT. Seorang wanita akan sanggup memikul beban sebagai kepala rumah tangga sekaligus ibu bagi anak-anaknya dalam kondisi sulit seperti apapun. Sudah banyak contoh bagaimana orang yang sukses dalam karir dan hidupnya terdapat peran ibu dibelakangnya. Sopiah (60), adalah salah satu wanita tersebut. Setelah sang suami, Budiman (58), mengalami amputasi di bagian hidung akibat tumor ganas yang menjangkitinya 5 tahun silam. Praktis membuat Sopiah memikul tanggung jawab baru sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Ia dengan penuh kesadaran tak ingin membebani suami lagi.
“Bapak dulunya mulung. Tetapi karena kena tumor di hidung, sekarang bantuin saya di warung. Saya yang masak dia yang layanin orang pada beli. Kasih minum, cuci piring, sama menggoreng gorengan,” ujar wanita kelahiran Subang, Jawa Barat, ini.
Sehari-hari Sopiah berdagang nasi uduk dan nasi goreng tak jauh dari kediamannya di Jalan Petojo Binatu I Rt.07/07 Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat, dari jam enam hingga dzuhur. Setelah jam dua belas, ia harus berganti lapak dengan orang lain. Wanita yang dahulu juga berprofesi menjadi pemulung ini mengaku baru menjalani usaha ini setelah Budiman juga tak lagi memulung.
Warung nasi uduk Sopiah selalu ramai dikunjungi oleh warga sekitar ataupun pekerja kantoran yang ingin memulai aktifitas pagi. Kebanyakan dari mereka adalah para tukang ojek online yang memiliki base camp di sana. Warung Sopiah sangat tersohor di kalangan warga setempat. Selain rasanya enak, pelayanan ramah yang ditunjukan oleh Budiman selalu menyapa dan mengajak ngobrol pelanggan menambah suasana keakraban antara penjual dan pembeli.
Di balik itu semua, Sopiah menyimpan kegundahan tatkala sakit komplikasi yang ia derita sering muncul dan mengganggu aktivitasnya. Ia seperti tak mempedulikan rasa sakit yang ia rasakan demi keluarganya. Maklum, Budi (27), sang anak juga belum memiliki pekerjaan yang pasti karena putus sekolah. Selain itu, biaya kesehatan bagi Sopiah dan keluarga membutuhkan biaya yang tak sedikit.
“Berobat sama Puskesmas sih emang gak bayar. Tetapi kan yang namanya berobat pasti pake ongkos, itu juga yang saya berat kalo seminggu tiga kali harus kontrol,” kata Sopiah kepada Petugas LPM Dompet Dhuafa.
Kondisi Sopiah memang sekilas terlihat sehat, tetapi badan yang sudah membungkuk masih ia paksakan untuk tetap bisa mengais nafkah. Jika berjalan pun Sopiah harus berhenti menghela nafas meski belum jauh ia melangkah. Maka tak heran, jika jarak dari rumah ke tempat dagangnya yang hanya kurang lebih 100 meter ia bisa berhenti sebanyak lima kali untuk berhenti sejenak.
“Kalo liat istri kayak begitu, kite gak tega. Abis dia juga gak mau kalo kita suruh istirahat, gak biasa katanya mah. Anak juga gak mungkin kita paksain, dia juga pusing buat keperluannya sendiri. Tapi masih syukur lah saya. Dia masih mau bantuin kalo di rumah,” ucap Budiman lirih.
Melihat ketegaran dan perjuangan Sopiah dalam membantu suami dan berjuang bagi keluarganya. Dompet Dhuafa melalui Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM), membantu tambahan modal usaha Sopiah untuk menambah varian dagangnya, dan membantu ongkos berobat Sopiah. Ketika Sopiah menanyakan dari mana bantuan ini berasal, Petugas mengatakan bahwa ini adalah bantuan dari para Donatur dermawan Dompet Dhuafa. Spontan Sopiah langsung menengadahkan tangan keatas berdoa untuk kebaikan para Donatur semua.
Selain itu, Dompet Dhuafa juga memberi kesempatan kepada para Dermawan yang ingin menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembelian hidung palsu untuk Budiman yang telah dinantinya selama 5 tahun terakhir. (Dompet Dhuafa/Rifky)