CIBUBUR — Jaringan Kolaborasi Masjid Pemberdaya (KMP) Dompet Dhuafa menggelar Safari Dakwah ke 10 masjid yang tergabung dalam KMP regional Cibubur pada Sabtu (25/3/2023). Salah satu masjid yang dikunjungi adalah Masjid Darussalam Kota Wisata Cibubur di Ciangsana, Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Safari Dakwah sendiri merupakan perjalanan atau aktivitas dakwah dari satu daerah ke daerah lain dalam rangka melakukan penyuluhan dan bimbingan keislaman kepada masyarakat. Gelaran kolaborasi ini menghadirkan seminar kemasjidan yang bertajuk “Momentum Terbaik Untuk Memakmurkan Masjid di Bulan Ramadan”.
Ustaz Kusnadi Ikhwani, Ketua Takmir Masjid Al Falah Sragen, turut serta dalam kegiatan Safari Dakwah ke 10 masjid tersebut. Ia membagikan ilmunya tentang cara menjadi takmir masjid dan memakmurkan masjid yang diterapkan di Masjid Al Falah. Selanjutnya, Ustaz Kusnadi menerangkan soal “6K” dalam upaya memakmurkan masjid.
Baca juga: Dompet Dhuafa Kuatkan Kolaborasi Masjid Pemberdaya di Kawasan Sulawesi
“Keikhlasan, kerja keras, kesabaran, keyakinan, kompetensi, kesungguhan untuk ikhtiar,” ungkap Ustaz Kusnadi.
Lebih lanjut, Ustaz Kusnadi juga menyampaikan bahwa menjadi seorang takmir masjid harus mandiri dan merdeka dalam berfikir. Sehingga memiliki kedaulatan dalam memakmurkan masjid.
“Berdaya diri sendiri dan berdayakan orang lain, kalau masjid berdaya maka kebangkitan umat islam akan dihadirkan dari masjid Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, seminar kemasjidan ini juga dihadiri oleh Jamil Azzaini, CEO Kubik Leadership. Menurut Jamil, ada tiga hal dalam yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang pengurus masjid yang banyak terobosan dan mendapat dukungan.
“Pertama, harus mengetahui kenapa saya jadi pengurus masjid. Tanpa adanya alasan, maka tidak ada dorongan yang kuat. Kedua, punya keistimewaan. Kalau masjid kita nilainya mau besar, dikunjungi banyak orang, harus punya keistimewaan yang tidak dimiliki masjid lain. Seharusnya masjid tempat menjawab solusi umat. Supaya masjid kita kelihatan berbeda dengan yang lain, maka masjidnya harus khas. Dan terakhir adalah bersinergi,” terang Jamil.
“Bersinergi, kadang masjid yang oke memiliki program yang khas, dan unik, tapi akan lebih kuat kalau kita bersinergi. Apalagi ada Kolaborasi Masjid Pemberdaya, kemudian buang hambatan yang ada, dengan tentukan aksi baru, berguru kepada yang terbukti dan cepat eksekusi,” tambah Jamil.
“Ke masjid adalah perjalanan hati, bukan perjalanan kaki. Ke masjid sampai tua, jangan menunggu tua. ke masjid sampai mati, jangan menunggu mati,” pungkasnya.
Baca juga: 5 Pilar Masjid Pemberdaya yang Harus Dijalankan oleh Takmir Masjid
Seminar kemasjidan ini dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai rentang usia yang tampak antusias. Beberapa peserta kedapatan mencatat dan menulis poin-poin penting dalam seminar. Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dua arah dengan para peserta. Kegiatan ini lalu diakhiri dengan buka puasa bersama dan salat berjemaah.
“Terima kasih, ini bisa menambah semangat khususnya bagi kami, yang tentu perlu motivasi ataupun dorongan bagaimana kita menjadi pengurus masjid yang bisa ikhlas kerja keras dan sabar dalam memimpin atau menahkodai pengurus masjid yang benar dan baik,” ungkap Novil Anoverta, Ketua Yayasan Masjid Darussalam.
Sebagai informasi, Kolaborasi Masjid Pemberdaya (KMP) diinisiasi oleh Dompet Dhuafa sebagai pengentas kemiskinan di Indonesia. KMP fokus memberdayakan potensi masjid untuk mengentaskan kemiskinan dan meluaskan kebermanfaatan bagi umat. (Dompet Dhuafa/Anndini)