JAKARTA — Peraturan mengenai pengungsi yang tercantum dalam konvensi Genewa, membuat pengungsi luar negeri terbatas dalam hal-hal tertentu yang mendasar, seperti bekerja. Pengungsi tidak diperbolehkan bekerja, padahal banyak dari mereka yang masih berumur produktif, bahkan masih di bawah 20 tahun. Dimana usia tersebut merupakan range yang sangat potensial. Sayang potensi tersebut tidak banyak mendapat perhatian, yang membuat para pengungsi dari banyak negara yang tinggal di Indonesia menjadi tidak produktif.
Dompet Dhuafa menyadari hal tersebut. Tidak boleh bekerja bukan berarti harus mengubur potensi para pengungsi muda dari banyak penjuru negara. Oleh karena itu Dompet bekerjasama dengan berbagai oraganisasi seperti International labor Organiozation (ILO), United Nation High Commissioner for Refugees (UNHCR), dan Universitas Atma Jata menyelenggarakan pelatihan wirasusaha untuk para pengungsi.
Dengan mengusung tema “Indonesian and Refugees Youth Enterpreneurship Training, Meet local Enterpreneurs”, para pengungsi muda dari banyak negara seperti Afganistan, Somalia, dll, dipertemukan dengan peserta dari pemuda lokal. Bertempat di Kampus Bisnis Umar Usman, Jatipadang, Jakarta Selatan, pada Jumat (19/10), para peserta diberikan berbagai pelatihan wirausaha oleh pakar-pakar yang sudah lama bergelut di bidangnya.
“Dompet Dhuafa berkomitmen untuk memberikan kegiatan yang berkelanjutan dan produktif untuk pengungsi di Indonesia. Saya yakin pengungsi banyak memeiliki potensi. Kolaborasi pengungsi dengan warga lokal akan membuat potensi mereka keluar,” terang M. Sabeth Abilawa, selaku Direktur Progam Dompet Dhuafa dalam sambutanya.
Hal senada juga disampaikan oleh ketua oraniasasi buruh internasional (ILO), bahwa pengungsi hanya membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka.
Saya sangat setuju dengan pendapat Bapak Sabeth, bahwa pengungsi memiliki potensi yang sangat besar, terutama pemudanya. Seperti di Mesir, para pengunsi diberi kesempatan untuk membuka usaha kuliner,” terang Michiko Miyamoto, selaku Direktur ILO Indonesia.
“Kita punya banyak kegiatan, namun kegiatan hari ini sangat unik, karena bersifat pemberdayaan,” tambah Michiko. (Dompet Dhuafa/Zul)