Konser yang Harus Dirasakan Minimal Sekali Seumur Hidup: Kunto Aji dan Panji Sakti

Pernah nggak sih, kamu merasa ada satu momen di hidup yang begitu membekas? Bukan sekadar pengalaman seru atau menyenangkan, tapi sesuatu yang benar-benar menggugah, yang buat kita merenung dan bertanya ke diri sendiri, “Sudahkah aku benar-benar hidup?”

Musik bagi banyak orang bukan sekadar hiburan. Musik bisa jadi sahabat, tempat cerita, atau bahkan guru yang mengajarkan kita banyak hal tentang kehidupan. Dan konser? bagiku, lebih dari sekadar menyaksikan musisi tampil. Konser adalah pengalaman, energi, dan perjalanan perasaan yang sering kali nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Aku percaya setiap orang punya cara sendiri dalam menikmati musik. Begitu juga dengan bagaimana mereka memahami lirik dan nada yang mengalun. Bahkan musisi pun nggak bisa sepenuhnya mengendalikan bagaimana lagu mereka diterima dan direpresentasikan oleh pendengar. Itulah keajaiban musik. Ia bebas, ia liar, dan ia menyentuh setiap orang dengan cara yang berbeda.

“Urup” Kunto Aji: Perjalanan Jiwa dalam Nada

Belum lama ini, seorang teman bercerita tentang konser yang benar-benar mengubah cara pandangnya terhadap kehidupan. Konser itu adalah “Urup”, persembahan dari Kunto Aji saat momen pergantian tahun 2024-2025 di Asrama Edupark, Yogyakarta. Konser ini nggak cuma sekadar acara musik, tapi juga pengalaman refleksi diri yang dalam.

Selama dua hari, 31 Desember 2024 hingga 1 Januari 2025, Urup membawa para penonton pada perjalanan menuju keseimbangan hidup. Acara ini mengajak mereka untuk membangun kebiasaan baik, seperti bangun lebih pagi dan tidur lebih awal, sesuatu yang mungkin terdengar sepele tapi sebenarnya sangat berdampak. Lebih dari itu, konser ini menuntun mereka untuk mengenali diri sendiri, melepas hal-hal negatif, dan meresapi energi positif yang ada di sekitar. Urup mengajak peserta untuk tumbuh secara fisik, mental, spiritual, sosial, dan emosional.

Baca juga: Blind Concert Kahayya: Ciptakan Ekosistem Inklusif untuk Disabilitas

Temanku mengatakan bahwa konser ini memiliki konsep yang berbeda dari konser pada umumnya. Jika biasanya konser digelar untuk bersenang-senang, Urup justru menjadi momen untuk merenung. Seperti konser lain yang pernah ia datangi, tujuan temanku ini untuk merilis stres dan kesedihan. Namun, kali ini ada yang berbeda, ia merasa lebih bersyukur dan lebih terbuka menerima energi positif setelah pulang dari acara itu.

“Gue datang ke konser ini bukan cuma buat dengerin musik,” kata temanku. “Gue datang untuk menemukan ketenangan, untuk merenung, untuk tumbuh,” sambungnya.

Dan ternyata, itulah yang ia dapatkan. Ia pulang dari acara ini dan tiba di Jakarta dengan perasaan lebih ringan, lebih bersyukur, lebih memahami bahwa hidup ini memang naik turun. Tapi pada akhirnya, sambungnya, yang terpenting adalah bagaimana kita menjalaninya dengan hati yang lebih lapang.

Acara Blind Concert oleh Panji Sakit di Area Softball, GBK, Jakarta, Sabtu (8/2/2025).
Acara Blind Concert oleh Panji Sakit di Area Softball, GBK, Jakarta, Sabtu (8/2/2025).

“Blind Concert” Panji Sakti: Mendengar dengan Hati

Aku sendiri, selalu menyempatkan diri untuk datang ke berbagai acara musik setiap tahunnya dengan genre musik serta konsep yang beragam. Setiap konser memberikan kesan yang berbeda, tapi ada satu yang benar-benar meninggalkan jejak di hatiku, yaitu “Blind Concert” oleh Panji Sakti.

Konser ini unik karena tidak melibatkan distraksi visual. Sedikit lampu sorot yang gemerlap, nggak ada visual spektakuler yang memanjakan mata. Sebaliknya, semua mata justru ditutup. Penonton diberikan penutup mata agar mereka bisa benar-benar meresapi musik dengan satu indra saja, yaitu pendengaran. Selain itu, konser ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyandang disabilitas, menciptakan ekosistem yang inklusif, serta mendorong pendengar untuk lebih mendalami pengalaman auditori mereka.

Konser ini pertama kali digelar di Kahayya, Sulawesi Selatan, pada 5 Desember 2024. Lalu kembali diadakan di Area Softball GBK, Jakarta, pada 8 Februari 2025. Aku hadir di konser kedua ini. Dan sungguh, pengalaman ini mengubah caraku tentang bagaimana menikmati musik.

Aku semakin menyadari, Panji Sakti bukan sekadar penyanyi, dia seorang pencerita, juga seorang filsuf dalam lirik-lirik dan sesi karyanya. Kata-katanya penuh metafora dan pertanyaan yang membuatku terus berpikir. Lagu-lagunya nggak cuma berbicara soal cinta, tapi juga kehidupan, spiritualitas, bahkan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama manusia. Dalam istilah Islam disebut “hablun min Allah wa hablun min annas” (Q.S. An Nisa: 36).

Baca juga: Dompet Dhuafa Gelorakan Semangat Berbagi di Festival Semesta Sambut Ramadan 1446 H

Saat konser dimulai, kami duduk di rerumputan, mata tertutup, hanya suara dan musik yang membimbing kami. Dan di tengah konser, Panji bertanya, “Nyaman nggak duduk di atas rumput? Pernah nggak berpikir kalau ternyata rumput yang kita duduki itu mengeluh? Sudah minta izin belum ke rumput, kita mau duduk di atasnya? Rumput itu akan merasa dihargai saat kita meminta izin lebih dulu sebelum duduk atau menginjaknya.”

Kata-kata itu menamparku. Betapa seringnya aku menjalani hidup tanpa benar-benar sadar. Tanpa benar-benar menghargai hal-hal kecil di sekitarku. Aku merasa seperti ditarik ke realitas yang lebih dalam, bahwa setiap hal di dunia ini punya nyawa, punya cerita, dan pantas untuk dihormati dan dihargai.

Acara Blind Concert oleh Panji Sakit di Area Softball, GBK, Jakarta, Sabtu (8/2/2025).
Acara Blind Concert oleh Panji Sakit di Area Softball, GBK, Jakarta, Sabtu (8/2/2025).

Dua Konser yang Harus Kamu Rasakan Seumur Hidup

Aku memang belum sempat merasakan “Urup”, tapi dari cerita temanku, aku bisa membayangkan betapa kuatnya energi positif yang mengalir dari konser itu. Ditambah dengan pengalaman pribadiku di “Blind Concert”, aku semakin yakin bahwa konser bukan hanya soal menikmati musik, tapi juga soal mengalami sesuatu yang lebih besar, yaitu mengenal diri sendiri, menemukan ketenangan, dan meresapi kehidupan dengan cara yang lebih mendalam.

Jika ada dua konser yang harus kamu hadiri setidaknya sekali dalam hidup, kedua itulah mereka. Kalau nggak bisa keduanya, ya, mungkin, minimal salah satunya. Karena percayalah, pengalaman ini akan mengubah cara kamu memandang duniamu, cara kamu memahami dan menikmati musik, dan mungkin, cara kamu memahami diri sendiri.

Dan buat kamu yang penasaran dengan Blind Concert, kabar baiknya, konser selanjutnya akan diadakan di Yogyakarta pada 14 Februari 2025. Saranku, jangan lewatkan kesempatan ini! Acara ini gratis. Untuk info lebih lanjut, kamu bisa cek akun Instagram Panji Sakti atau DDTV.

Karena terkadang, untuk benar-benar mendengar, kita harus menutup mata. Dan untuk benar-benar merasakan, kita harus membuka hati.

Jauh sebelum adanya konser-konser dengan konsep refleksi diri seperti dua di atas, Dompet Dhuafa juga sudah memandang musik sebagai sarana untuk menyebarkan kebaikan. Melalui berbagai konser yang diinisiasi, Dompet Dhuafa telah menggandeng banyak musisi tanah air untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan yang bisa dirasakan oleh semua orang. Tentu saja dengan menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

Dengan musik, para musisi tidak hanya menghibur, tetapi juga mengalirkan energi positif yang mampu menggerakkan hati banyak orang untuk lebih peduli, lebih bersyukur, dan lebih banyak berbuat kebaikan. Musik telah menjadi medium yang kuat bagi Dompet Dhuafa untuk merangkul dan mengajak lebih banyak orang dalam perjalanan menuju perubahan yang lebih baik. (Dompet Dhuafa)

Teks dan foto: Riza Muthohar
Penyunting: Dhika