TANGERANG SELATAN — Pasien tuberkulosis agaknya memiliki beragam dilema demi bertahan dalam dunia kerja. Tidak sedikit bahkan yang harus berhenti hingga dikucilkan di lingkungannya. Ini tentu menjadi perhatian penting bagi Dompet Dhuafa sebagai lembaga kesehatan sekaligus lembaga sosial bagi masyarakat kurang beruntung. Berbagai program pun sudah banyak digulirkan untuk membantu para penyintas TB, terutama Tuberkulosis Resiten Obat atau TB RO.
Kali ini, Dompet Dhuafa menjalin kolaborAksi dengan POP TB Indonesia dan SETARA (Sebaya Tangerang Raya) mengadakan sebuah program pemberdayaan dan penguatan ekonomi bagi pasien dan keluarga penyintas TB RO. Program ini berbentuk pelatihan UMKM melalui Pembuatan Telur Asin, pada Rabu (7/9/2022), di Jl Cemara 2, RT 002 RW 001 no. 42, Kel. Pamulang Barat, Kec. Pamulang, Tangerang Selatan. Kegiatan ini merupakan kedua kalinya digelar setelah dilaksanakan di Bandung dan nanti yang ketiga kalinya direncanakan di Jakarta.
Sebanyak 13 peserta mengikuti pelatihan ini. Sebagian dari mereka memang adalah pasien TB RO, namun sebagian ada yang diwakilkan oleh keluarganya. Selain pelatihan, para peserta juga akan terus mendapatkan binaan hingga pemasaran, bahkan juga diberi sejumlah modal untuk usaha. Modal usaha berupa barang perlengkapan usaha telur asin beserta 115 butir telor bebek per-orang untuk dibawa pulang. Nanti hasilnya pun untuk mereka sendiri yang dikembangkan oleh mereka sendiri.
Mewakili Organisasi Penyintas Tuberkulosis SETARA (Sebaya Tangerang Raya) provinsi Banten, Erni Meliawaty mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu program pemberdayaan pasien TB RO bersama Dompet Dhuafa dan POP TB Indonesia. Mantan pasien TB RO itu merasakan betul bagaimana mendapatkan stigma negatif di tempatnya bekerja. Oleh itu, ia meyakinkan para pasien TB RO bahwa mereka bisa sembuh seperti dirinya dan mampu bangkit seperti sedia kala.
“Mungkin saat ini para peserta masih awam tentang hal ini. Namun setelah banyak belajar akan banyak tahu dan mudah dilakukan. SETARA berterimakasih kepada Dompet Dhuafa dan POP TB dalam kolaborasi pemberdayaan ini. Saya juga pernah seperti mereka. Kami berharap mereka tetap dilihat oleh masyarakat dan jangan dikucilkan. Ini juga mudah-mudahan menjadi harapan baru buat mereka para pasien TB RO,” terang Erni.
Senada dengan itu, SO Layanan Kesehatan Dompet Dhuafa Parmuji Abbas juga mengatakan, ini adalah satu upaya Dompet Dhuafa dalam meningkatkan taraf hidup bagi pasien TB RO. Hal ini untuk memberikan skill bagi mereka supaya tidak berkecil hati dengan stigma yang mereka hadapi. “Harapannya mereka tetap kuat untuk berusaha menjalani hidup,” ucapnya.
Pada pelatihan ini, yang bertindak menjadi pemateri adalah seorang expert pembuatan telur asin dari SETARA, Nurul Samini. Ia mengajak para peserta untuk melakukan praktek pembuatan telur asin dengan 2 (dua) metode. Yang pertama dengan direndam di air garam dan yang kedua dibalut dalam tanah dan abu yang dicampur dengan air garam.
Salah seorang peserta, Yansah (40) dari kelurahan Pondok Kacang Timur, kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten menceritakan bahwa dirinya sedang dalam pengobatan TB RO selama 18 bulan. Saat ini ia sudah menjalaninya 8 (delapan) bulan di RSUD Tangsel. Pekerjaannya sebagai seorang ojek pangkalan kadang harus ia hentikan karena masih dalam masa pengobatan. Sedangkan ia harus tetap menghidupi istri dan 2 (dua) anaknya.
“Harapannya dengan mengikuti pelatihan ini, mudah-mudahan bisa meningkatkan ekonomi keluarga saya ke depannya. Insha Allah ini akan saya kembangkan bersama istri di rumah,” katanya. (Dompet Dhuafa / Muthohar)