JAKARTA — Terkadang orang sering merasa bahwa dirinya tidak seberuntung orang lain. Ia terlalu fokus memikirkan kelemahannya. Padalahal, setiap manusia yang diciptakan dengan kemampuan masing-masing. Jutaan sel sperma menjalani perjuangan luar biasa untuk menuju satu sel telur, dan harus bersaing agar dapat membuahi sel telur tersebut. Namun, hanya satu yang dapat bertahan dan menjadi pemenang. Itulah yang akhirnya menjadi insan manusia yang dilahirkan di muka bumi ini.
Dompet Dhuafa sebagai lembaga yang bergerak dalam aspek sosial dan kemanusiaan hadir untuk memberdayakan penyandang tuna netra untuk mengangkat martabatnya. Mereka dibantu secara ekonomi, kemudian diberdayakan menjadi tukang pijat professional.
Dalam rangka kerjasama Dompet Dhuafa dengan Mandiri Jakarta Marathon 2016, para tukang pijat tuna netra tersebut, diajak untuk melayani peserta dengan gratis di tenda Dompet Dhuafa, pada Minggu (23/10). Mereka diantaranya Suparwi (48), Pasmuin (51), Sumadi (48), dan Rutinah (38). Dengan ramah mereka melayani satu-persatu peserta yang mengantri untuk mendapatkan layanan prima dari para pemijat tuna netra.
Suparwi, awal kenal dengan Dompet Dhuafa melalui pendiri Dompet Dhuafa, Parni Hadi. “Awal kenal dengan orang Dompet Dhuafa sama Pak Parni Hadi. Kemudian kami masuk alam program pemberdayaan dari Dompet Dhuafa,” tuturnya.
Ia juga merasa senang karena diajak untuk melayani pijat bagi peserta lomba lari marathon. Karena ia yakin bahwa sekecil apapun amal yang kita berikan akan berdampak luar biasa. “Semoga ini bermanfaat besar bagi pelari,” tambah Parwi disela-sela memijat.
Setelah dipijat oleh tunanetra, Yus (30) mengucapkan terimakasih kepada Dompet Dhuafa dan tentu tukang pijatnya. Karena sudah menghilangkan penat dan terasa nyaman kembali otot-ototnya. “Terimakasih ya Dompet Dhuafa dan tukang pijat, jadi hilang dah penat dan capeknya,” ujar pria asal Sukabumi tersebut. (Dompet Dhuafa/Khoir).