Sejak pagi, ratusan massa demonstrasi enin (9/20) yang tergabung dalam Aliansi Selamatkan Gunung Slamet melakukan aksi demonstrasi di pendopo Kabupaten Banyumas. Massa yang terdiri dari unsur mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Purwokerto serta perwakilan masyarakat terdampak ini melakukan longmarch IAIN Purwokerto menuju pendopo.
Sedianyan masa akan bertahan hingga pagi ini (10/10), oleh karenanya tim medis Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa Jateng pun bersiaga di tenda medis sederhana yang memang sudah disiagakan oleh koordinator aliansi Selamatkan Gunung Slamet. Selain menurunkan menurunkan sejumlah petugas medis, LKC juga menyiagakan ambulance jika sewaktu-waktu terjadi hal – hal darurat. Apalagi sejak siang hujan mengguyur kota Purwokerto, namun tidak menyurutkan semangat massa untuk tetap bertahan di depan pendopo.
Massa yang berpakaian serba hitam itu melakukan orasi di depan pendopo untuk menyuarakan penolakan terhadap eksplorasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di lereng gunung Slamet. Warga sekitar lokasi eksplorasi menghawatirkan pembangunan ini karena terbatasnya akses informasi yang diperoleh masyarakat, serta adanya intimidasi yang dilakukan oleh aparat terhadap warga (ketika melakukan edukasi). Menurut warga sekitar yang turut serta dalam aksi massa ini mengatakan keresahanya akibat proyek tersebut. Selain menderita karena air sungai yang keruh akibat aktivitas pembukaan lahan di puncak, kini sebagian masyarakat juga diresahkan sebagian binatang hutan yang turun gunung karena habitat asli mereka terganggu.
Menurut Koordinator Aliansi Selamatkan Selamet Muflih Fuadi, dalam releasenya meminta Bupati Banyumas, Achmad Husein dan DPRD Banyumas.
Untuk dapat menyatakan sikap menolak pembangunan PLTP Baturraden, serta mengeluarkan Rekomendasi Pencabutan Izin Eksplorasi Panas Bumi PT SAE kepada pemprov Jateng. Aksi massa ini terpaksa digelar lantaran dua kali permohonan audiensi yang ditujukan ke Bupati Banyumas secara tertulis tak mendapatkan respon.
Bagi warga Banyumas, hutan gunung Slamet menjadi kawasan penting bagi keseimbangan ekosistem dan kehidupan masyarakat sekitar, juga terkait kearifan local dalam menjaga hutan tetap lestari.
Aksi sendiri terpaksa dibubarkan oleh aparat malam tadi sekitar pukul 23.00 WIB. Terjadi insiden pemukulan wartawan oleh petugas dalam aksi tersebut. Beberapa barang milik peserta aksi tertahan di Polres Banyumas, begitu pula dengan beberapa box LKC Dompet Dhuafa yang berisi obat-obatan ringan untuk mengantisipasi gangguan kesehatan massa peserta aksi, karena pas kejadian tim medis memang sudah keluar dari lokasi. Adapun keberadaan box obat-obatan di tenda medis sampai malam tadi karena tim medis dari unsur relawan masih bersiaga ditempat. (Dompet Dhuafa/LKC Purwokerto)