Lonjakan Harga Sayur dan Mie Instant yang Menemani Hari-Hari Pengungsi Lombok

Hari ini (12/8) Program PFA (Psycological First Aid) berjalan seperti biasanya di Dusun Orong Kopang. Dengan tambahan sasaran yakni ibu-ibu. Tujuannya agar ibu-ibu bisa mencurahkan segala permasalahan agar bisa di carikan solusi bersama.
Begitu banyak yang ibu-ibu keluhkan. Tapi yang utama dan kebanyakan sama adalah masalah makanan. Terutama makanan untuk anak-anak mereka. Dari hari pertama gempa bantuan yang datang sudah banyak. Tapi kebanyakan adalah indomie, beras dan air mineral.

“Kami khawatir dengan anak-anak kami, hampir seminggu kami disini hanya makan nasi dan mie” Ungkap Ibu Imah.

Dari pertama kali gempa, hari Minggu (5/8) yang mereka makan adalah mie dan nasi. Ada telor pun sangat-sangat jarang. Hal ini lantaran kebanyakan bantuan makanan yang mereka terima adalah air mineral, mie dan beras. Ada telor untuk kebutuhan protein namun tidak terlalu banyak.

Saat psikologi anak-anak sudah membaik dengan program Sekolah Darurat, selanjutnya yang harus kita pikirkan adalah kesehatannya. Untuk anak-anak umur 4-10 tahun saja, makanannya hanya mie dan nasi. Bagaimana untuk anak-anak umur 6 bulan keatas yang membutuhkan MPASI?

Ibu-ibu mengungkapkan mereka bahkan hanya butuh garam. Kalau ada sayur-sayur sangat bersyukur sekali. Apalagi sejak terjadinya gempa pasar baru buka di tiga hari terakhir bahkan harga-harganya melonjak tajam sampai 2-3 kali lipat.

Saat ini kami masih berusaha memenuhi kebutuhan gizi mereka terutama untuk anak-anak. Karena dalam masa pertumbuhan dan psikologis yang kurang baik maka anak-anaklah yang harus kita perhatikan. Tentunya sahabat bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka, khususnya anak-anak terlalu sering mengkonsumsi Mie Instant, bukan?

Klik donasi.dompetdhuafa.org untuk bantu mereka dapatkan makanan sehat yang layak dan bergizi. (Dompet Dhuafa/Adi/Annisa)