Memasuki bulan Zulhijah, topik tentang puasa Tarwiyah dan Arafah makin sering dipertanyakan. Apakah umat muslim dianjurkan untuk menjalankan keduanya atau boleh salah satunya saja? Serta mana yang lebih utama untuk dikerjakan, apakah puasa Tarwiyah atau puasa Arafah?
Sejarah Puasa Tarwiyah
Awal mula puasa Tarwiyah dapat dirunut dari hari Tarwiyah, yakni hari ke-8 bulan Zulhijah dalam kalender Islam. Hal inilah yang mendasari puasa Tarwiyah dilaksanakan setiap tanggal 8 Zulhijah, satu hari sebelum puasa Arafah.
Tarwiyah sendiri berasal dari kata rawa-yarwi-tarwiyatan yang memiliki makna berpikir atau merenung. Hari tersebut identik dengan keadaan berpikir dan merenung tentang hal-hal yang masih dipenuhi dengan keragu-raguan. Ada tiga hal yang mendasari penamaan hari ke-8 Zulhijah menjadi hari Tarwiyah.
Pertama, perenungan Nabi Adam as tentang upah saat diperintah Allah untuk membangun Kakbah. Kedua, perenungan Nabi Ibrahim as usai bermimpi menyembelih sang anak, di hari ke-8 Zulhijah. Ketiga, perenungan jemaah haji tentang doa-doa yang hendak dipanjatkan pada hari Arafah.
Baca juga: Selain Ibadah Haji dan Kurban, Ini Amalan Bulan Zulhijah yang Pahalanya Berlipat
Lantas, mengapa umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan puasa Tarwiyah? Sebab, puasa ini adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, utamanya bagi mereka yang tidak menjalankan ibadah Haji. Sama halnya dengan puasa Arafah.
Bagi umat muslim yang berhaji, hari Tarwiyah adalah hari persiapan sebelum perjalanan menuju Arafah. Sementara mereka yang tidak berhaji, menunaikan puasa Tarwiyah berarti ikut merasakan dan mengambil peran dalam hari-hari istimewa itu. Secara khusus, riwayat tentang puasa Tarwiyah tercantum dalam Al Jaami’ Ash Shagier Juz 2I.
“Puasa hari Tarwiyah menghapus dosa satu tahun dan puasa hari arafah menghapus dosa dua tahun.” (HR. Abusysyaikh di dalam Kitab Atstsawaab dan Ibnunnajaar dari Ibnu Abbas)
Akan tetapi, sejumlah ulama menyebut hadis ini dho’if atau lemah. Dengan begitu, hadis ini tidak boleh diamalkan secara tersendiri. Namun, apabila hadis tersebut menganjurkan umatnya untuk berbuat kebajikan, maka boleh jadi pahala yang disampaikan olehnya adalah benar.
Alasan Puasa Tarwiyah Dianjurkan
Perlu diingat, anjuran puasa Tarwiyah di tanggal 8 Zulhijah bukan berdasarkan dari hadis dho’if di atas. Melainkan karena keutamaan ibadah dan amalan di sepuluh hari awal bulan Zulhijah. Dan disebutkan bahwa puasa menjadi sebaik-baiknya amalan yang bisa kita lakukan di hari-hari tersebut.
“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah, selain sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan setahun berpuasa, satu malam mendirikan salat malam setara dengan salat pada malam Lailatul Qadar.” (HR. Tirmidzi)
Baca juga: Wukuf Di Arafah dan Maknanya
Hadis ini juga diperkuat oleh hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Dawud tentang puasa Zulhijah, puasa Tarwiyah, dan puasa Arafah.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Zulhijah, pada hari Asyura (10 Muharam), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis.”
Lebih Utama Puasa Tarwiyah atau Arafah?
Di antara kedua puasa sunah Zulhijah ini, dapat dikatakan bahwa puasa Arafah lah yang lebih utama. Puasa Arafah sangat dianjurkan atau hukumnya adalah sunah muakadah, utamanya bagi orang-orang yang tidak sedang menjalankan ibadah Haji. Mengapa? Sebab, puasa Arafah memiliki keutamaan yang lebih besar dibanding puasa sunah awal bulan Zulhijah lainnya.
Keutamaan tersebut tertuang dalam beberapa hadis Rasulullah Saw, antara lain:
“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Dan puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu,” (HR. Muslim No. 1162)
“Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada pada hari Arafah.” (HR. Muslim)
Perlu diperhatikan, ‘dihapuskannya dosa-dosa’ dalam hadis ini bukan berarti semua dosa diampunkan. Jumhur ulama menyepakati bahwa ‘dosa’ di sini diartikan sebagai dosa-dosa kecil. Sementara dosa-dosa besar seperti zina, memakan riba, sihir, meninggalkan salat, dan sebagainya, harus melalui pertaubatan yang benar dan sungguh-sungguh. Pertaubatan akan diterima apabila terdapat penyesalan, komitmen, permohonan ampunan, dan menambal keburukan dengan kebaikan serta amal saleh.
Pada hari Arafah, selain berpuasa, setiap muslim juga dianjurkan untuk berdoa dengan sungguh-sungguh. Serta, berharap doa-doa yang dipanjatkannya dikabulkan oleh Allah Swt. Sebab, orang-orang yang berpuasa doanya mustajab. Apalagi jika dipanjatkan di waktu berbuka puasa.
Baca juga: Berapa Lama Waktu Wukuf di Arafah yang Jadi Syarat Sah Haji?
Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah
Berikut niat puasa Tarwiyah yang dilaksanakan pada tanggal 8 Zulhijah.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillâhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah Swt.”
Sementara, ini niat puasa Arafah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah, bersamaan dengan jemaah Haji yang wukuf di Arafah.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnati Arafah lillâhi ta’âlâ
Artinya: “Aku berniat puasa sunah Arafah esok hari karena Allah Swt.”
Menunaikan puasa sunah Arafah memang lebih utama ketimbang puasa sunah Tarwiyah. Namun, alangkah baiknya apabila kita menunaikan keduanya di hari-hari menjelang Iduladha. Semoga Allah Swt selalu merahmati kita dan mengampuni dosa-dosa kita. Aamiin…
(RQA)