Masjid Darurat, Awal Peradaban Baru Petani Teluk Jambe

KARAWANG — Sebanyak 96 Kepala Keluarga dari total sekitar 900 Kepala Keluarga telah menempati lahan yang disediakan oleh pemerintah. Meski telah menempati lahan baru setelah konflik agraria antara masyarakat petani dengan perusahaan di Teluk Jambe, Karawang, bukan berarti kehidupan yang nyaman menanti mereka. Membuka lahan baru menjadi judul dari babak berikutnya dari cerita tersebut.

‘Modal’ lahan kosong tanpa fasilitas apa pun, menghampar dan menyambut masyarakat petani yang sudah merasa kelelahan dengan perjuangan mereka dalam konflik tersebut. Ya setiaknya ada angin segar, akan kehidupan baru para petani dan keluarga. Tercatat sejak Mei lalu, lahan kosong dari pemerintah untuk petani mulai terdengar kabarnya, tak lain untuk relokasi.

Sekuat tenaga, bilik-bilik berdinding papan dan terpal mereka bangun. Setidaknya sebagai peneduh dari panas dan hujan. Jadilah mereka kini sekelompok masyarakat yang tengah membangun kembali kehidupannya. Terhitung sudah 1,5 bulan mereka menempati lahan baru.

“Kami bahkan tak mendapatkan akses listrik dan hanya memanfaatkan air tadah hujan untuk kebutuhan sehari-hari. Kondisi seperti inilah yang masih menjadi beban berat warga di sini,” ujar Tejo, Ketua Paguyuban Petani Teluk Jambe.

Untuk menuju situasi semula, bukan perkara mudah dan waktu yang singkat dalam meraihnya. Mereka membutuhkan dukungan dan pendampingan yang intensif. Sejak mereka mengungsi ke Jakarta selama lima bulan, Dompet Dhuafa terus berada di samping petani Teluk Jambe. Mensuplai kebutuhan dasar dan memfasilitasi pertemuan-pertemuan dengan pemerintah, menjadi salah satu agendanya.

Saat ini, di lahan yang telah mereka huni, Dompet Dhuafa akan membangun Masjid darurat di tanah Teluk Jambe. Pada Rabu (18/10), gelaran doa bersama dan peletakan batu pertama, secara simbolis berlangsung khidmat seiring keberkahan rintik hujan yang turun sore itu, di atas lokasi pembangunan masjid darurat. Masjid ini akan menjadi yang pertama dan sangat dinantikan kehadirannya oleh warga.

“Terima kasih sekali kepada para donatur Dompet Dhuafa, karena telah memprakarsai pembangunan masjid yang memang sangat kami butuhkan. Di sini tidak ada sarana seperti itu, apalagi kami baru pindah tempat pengungsian. Semoga berdirinya masjid akan mempertebal keyakinan dan ibadah kami,” ujar Nana Suryana, salah satu petani Teluk Jambe yang berada di lokasi tersebut.

Setelah mendirikan masjid, Dompet Dhuafa akan melanjutkan program pendampingan pendidikan dengan mengirimkan guru untuk anak-anak. Program ini akan memfasilitasi aktivitas pendidikan sekaligus mengaktifkan masjid sebagai tempat peribadatan sekaligus pusat temu sosial warga Teluk Jambe.

Dalam rangkaian peletakan batu pertama di lokasi pembangunan Masjid tersebut, Arif R. Haryono, selaku Manajer Advokasi Dompet Dhuafa Filantropi menuturkan, “Masjid ini kami bangun dengan harapan sebagai awal kehidupan di Teluk Jambe. Dapat menjadi pusat ibadah juga aktivitas pendidikan untuk anak-anak kelak”. (Dompet Dhuafa/Dhika)