Masjid di Palestina saat ini mengalami banyak kerusakan akibat serangan bom dari tentara Israel. Kurang lebih ada 162 masjid yang diserang, 52 hancur total dan 110 rusak berat. Padahal masjid memiliki banyak peran dalam kehidupan sosial. Seperti ruang ibadah, kegiatan bakti sosial, ruang belajar dan berdiskusi. Namun, kondisi saat ini tidak ada ruang aman bagi masjid di Palestina.
Di Jalur Gaza pun saat ini, umat muslim kesulitan untuk beribadah dengan layak. Mereka beribadah di kamp pengungsian dengan perasaan was was bisa diserang ledakan bom kapan saja. Di daerah Tepi Barat Palestina (yang wilayahnya semakin sempit), juga terdapat satu komplek masjid terbesar, tempat berkumpul untuk beribadah di Rumah Allah, yaitu Masjidil Aqsa. Namun, masjid ini sulit untuk dikunjungi oleh penduduk Palestina.
Sejarah Masjid di Palestina: Masjidil Al-Aqsa
Beberapa kitab tafsir seperti Ath-Thabari, Ibnu Katsir dan Al-Qurthubi menyebutkan bahwa yang pertama kali membangun Masjid Al-Aqsa adalah para malaikat. Para malaikat ini yang menggariskan dan menentukan lokasinya. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa Nabi Adam-lah yang pertama kali membangun Masjid Al-Aqsa.
Pada masa Nabi Ibrahim diutus ke Syam, beliau merenovasi Masjid Al-Aqsa dan meninggikan bangunannya. Saat itu Baitul Maqdis dikuasai oleh Raja Kan’an bernama Malki Shadiq. Dia adalah seorang raja yang berpegang teguh pada ajaran tauhid. Dia pun menerima Nabi Ibrahim sebagai seorang Rasul serta ajaran yang dibawanya.
Baca Juga: Pentingnya Mengenal Sejarah Islam di Era Modern serta Korelasinya dengan Pembebasan Palestina
Awal Mula Masjid Al-Aqsa Diklaim oleh Kaum Yahudi
Masjid Al-Aqsa kembali direnovasi pada masa Nabi Yaqub. Berlanjut pada masa Nabi Sulaiman, Masjid Al-Aqsa dibangun jadi lebih besar dan megah. Pada masa-masa selanjutnya ini, kemudian orang-orang Yahudi mulai mengklaim bahwa Nabi Sulaiman membangun haikal (Baitullah) untuk kaum mereka (bangsa Yahudi).
Masjid Al-Aqsa yang dibangun ulang oleh Nabi Sulaiman mampu bertahan selama 370 tahun, hingga datangnya bangsa Babilonia dipimpin oleh Nebukadnezar tahun 587 SM. Mereka menyerang kota Baitul Maqdis dan merobohkan Masjid Al-Aqsa. Reruntuhan Masjid Al-Aqsa dibiarkan begitu saja dalam waktu yang lama.
Seiring berjalannya waktu, bangsa-bangsa lain mulai berdatangan ke kota Baitul Maqdis. Mereka (Bangsa Persia, Yunani, dan Romawi) membangun rumah ibadah mereka masing-masing di dalam area reruntuhan Masjid Al-Aqsa. Mereka meletakkan berbagai macam patung dan berhala sesuai kepercayaan mereka masing-masing.
Pada tahun 20 SM, Herodos pemimpin Romawi datang ke Baitul Maqdis dan mendirikan bangunan besar dalam area Masjid Al-Aqsa yang diberi nama Basilika, memiliki makna tempat untuk pemimpin atau raja.
Orang-orang Yahudi yang melihat bangunan besar itu lalu mengatakan bahwa mereka (Bangsa Romawi) mendirikan sebuah haikal baru sebagai ganti haikal yang sudah runtuh. Mereka menganggap bangunan itu adalah haikal kedua dan yang pernah dibangun oleh Nabi Sulaiman dianggap sebagai haikal pertama.
Baca Juga: Sejarah Penjajahan Palestina: Jangan Ragu Mendukung Kemerdekaan Penuh
Masjid di Palestina Pada Masa Kekhalifahan Islam
Sejak datangnya Islam, Masjid Al-Aqsa menjadi salah satu situs suci terpenting bagi kaum muslimin. Masjid Al-Aqsa menjadi tempat Nabi Muhammad SAW diangkat ke langit oleh Allah Swt untuk menerima perintah shalat.
Subḥānal-lażī asrā bi‘abdihī lailam minal-masjidil ḥarāmi ilal-masjidil-aqṣal-lażī bāraknā ḥaulahū linuriyahū min āyātinā, innahū huwas-samī‘ul-baṣīr(u).
“Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra: 1)
Selain sebagai tempat Nabi Muhammad SAW diangkat ke langit, Masjid Al-Aqsa juga menjadi kiblat pertama bagi orang Islam sebelum Ka’bah-Mekkah. Sehingga inilah yang menjadikan Masjid Al-Aqsa sebagai tempat yang suci bagi kaum muslimin.
Umar bin Khattab pada masa kekhalifahannya membangun ulang Masjid Al-Aqsa yang beliau sebut dengan nama Masjid Qibli (kiblat). Kemudian pada masa-masa kekhalifahan selanjutnya banyak mengalami renovasi. Masjid Al-Aqsa terus diperkokoh dan diperindah, serta ditambah bangunan-bangunan baru seperti menara dan sebagainya.
Baca Juga: Dompet Dhuafa Konsisten Dukung Kemerdekaan Palestina!
Masjid di Palestina Mengalami Kerusakan Parah Akibat Perang Salib
Pada tahun 1099 M, para tentara Salib Nasrani berhasil menjajah Baitul Maqdis dan Masjid Al-Aqsa mengalami kerusakan berat akibat perang tersebut. Kawasan masjid dijadikan sebagai gudang senjata dan kandang kuda para tentara Salib.
Pada tahun 1187 M, Shalahuddin Al-Ayyubi bersama tentara Muslim berhasil merebut Baitul Maqdis dan mengusir tentara Salib. Bersama dengan tentara Muslim, Shalahuddin Al-Ayyubi membersihkan Masjid Al-Aqsa dan memperbaikinya seperti semula.
Jumlah Jamaah Shalat Jumat Masjid Al-Aqsa Dibatasi
Kembali pada masa sekarang, Masjid Al-Aqsa yang berada dalam kekuasaan Israel. Mereka memberikan aturan bagi warga Palestina. Adanya batasan hanya boleh 5.000 jamaah yang beribadah shalat jumat, dengan diawasi oleh tentara Israel. Padahal kapasitas masjid sebanyak 50 ribu orang.
Pengunjung Masjid di Palestina Terbatas Usia
Selain pembatasan jumlah jemaah Jum’at, Israel juga memberlakukan pembatasan usia yang dibolehkan berkunjung ke Masjid Al-Aqsa pada bulan Ramadhan. Yaitu hanya boleh untuk perempuan segala usia, anak laki-laki hingga usia 12, dan pria usia di atas 55 tahun. Sementara pria usia 13-54 tahun dilarang memasuki area Masjid Al-Aqsa. Namun, bagi pria usia 45-55 tahun diperbolehkan memasuki masjid dengan membawa izin khusus.
Dibatasi Hari Berkunjung Ke Masjid
Rakyat Palestina hanya boleh berkunjung ke masjid di Hari Jumat dengan jumlah jamaah yang juga dibatasi. Selain itu, bagi Rakyat Palestina yang berada di Jalur Gaza diberlakukan kuota terbatas untuk wanita usia 50 tahun ke atas dan pria usia 55 tahun ke atas. Mereka juga hanya diperbolehkan memasuki Masjid Al-Aqsa pada hari tertentu, yaitu Minggu dan Kamis saja.
Otoritas Israel sering mengambil langkah-langkah untuk mengontrol akses ke masjid ini pada hari-hari krusial dalam kalender Islam, seperti selama bulan Ramadan atau pada hari-hari penting lainnya. Hal ini menciptakan tantangan bagi umat Islam yang ingin menjalankan ibadah mereka dan merasakan spiritualitas yang kuat di Masjid Al-Aqsa.
Baca Juga: Donasi Palestina, Namun Waspada Penipuan!
Bantu Rakyat Palestina Berjuang
Kian hari korban kebrutalan tentara zionis semakin bertambah, setiap satu menit nyawa anak-anak di Gaza terancam. Bangunan-bangunan banyak yang hancur akibat dijatuhi bom dan rudal. Banyak fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit dan masjid juga jadi sasaran para zionis.
Sahabat dermawan, para korban membutuhkan dukungan dan bantuan kita untuk membantu meringankan penderitaan yang tiada henti mereka rasakan tiap hari. Melalui dukungan dan bantuan Sahabat, Dompet Dhuafa akan membangun Foodbank atau dapur siap siaga untuk memenuhi asupan gizi dan nutrisi para penyintas Palestina. Menyiapkan fasilitas air bersih demi memenuhi kebutuhan dasar rakyat Palestina. Menyiapkan logistik dan mobil Ambulance sebagai shelter kesehatan untuk para korban, serta mendistribusikan obat-obatan kepada para korban. Mari bantu Palestina bangkit kembali dengan klik link berikut ini.