LOMBOK UTARA — Sejak gempa Lombok, masyarakat terdampak terpaksa harus mengungsi. Warga tidak lagi berkegiatan dengan normal, dan membangun lagi rutinitas mereka dari awal. Termasuk dalam hal budaya khitan.
Anak-anak Lombok biasa di khitan tidak lebih dari umur dua tahun. Assyurif dan Syamsuri merupakan balita yang sudah cukup umur dalam budaya Lombok, untuk melakukan khitan. Namun sayang, bencana gempa hadir. Assyurif dan Syamsuri tidak dapat melakukan khitan. Mereka harus mengungsi bersama ribuan warga lain di Desa Kekait, Lombok Barat. Kesibukan orang tua Assyurif dan Syamsuri mengahadapi bencana di pengungsian, menjadi penyebab ditundanya khitan kedua anak tersebut. Terlebih lagi, biaya khitan yang cukup membebani karena kondisi bencana yang terjadi.
“Ingin kita khitankan anak saya mas, tapi belum bisa. Mengungsi kita di sini, tidak ada biaya juga buat khitan,” terang Siti Khomariah, ibu dari Syamsuri.
Melihat kondisi tersebut Dompet Dhuafa hadir, tentunya untuk memberikan layanan khitan gratis bagi pengungsi gempa Lombok. Memanfaatkan Hospital Keliling (HOPING), tim relawan LOVER (Lombok Recovery) menggelar layanan kesehatan yang di dalamnya juga ada khitan gratis. Pada tahapan kali ini akan ada sekitar 30 anak penerima manfaat dari khitan gratis yang akan bergulir secara bertahap.
“Alhamdulillah, tim LOVER dengan memanfaatkan fasilitas HOPING, hari ini akan menggelar khitanan untuk anak-anak pengungsi gempa Lombok,” terang Rosita Rivai, selaku General Manager Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa.
Selain khitan gratis, Dompet Dhuafa melalui HOPING juga melakukan kegiatan screening katarak bagi pengungsi yang beresiko mengidap katarak. Hal tersebut sebagai langkah preventif, mengingat kondisi pengungsian yang tidak ramah terhadap penderita katarak.
“Selain khitan, kita juga melaksanakan screening atau pemeriksaan terhadap warga yang beresiko mengidap katarak di pengungsian. Ini sebagai langkah preventif dalam melayani kesehatan masyarakat terdampak gempa bumi Lombok,” tambah Rosita. (Dompet Dhuafa/Zul)