Sejumlah siswa tengah mengikuti kegiatan di kelas Fashion dan Desain Institut Kemandirian Dompet Dhuafa (Dok IK DD)
Kemiskinan masih menjadi salah satu problematika besar dalam pembangunan di Indonesia. Jika dilihat, berbagai upaya program terkait penanggulangan kemiskinan telah dibuat oleh pemerintah. Namun sayangnya, beragam jenis program yang sudah digulirkan tersebut, belum mampu menahan laju kemiskinan yang masih mendera bangsa ini.
Mengutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta orang atau 11,37 persen. Angka kemiskinan ini masih jauh di bawah target kemiskinan yang ditetapkan pemerintah dalam APBN-P 2013 sebesar 10,5 persen. Angka tersebut menjadi fakta statistik gambaran kemiskinan yang masih setia bersahabat dengan negeri ini.
Ada beberapa faktor yang memungkinkan menjadi penyebab masalah kemiskinan yang terus berkepanjangan cenderung terkait dengan budaya dalam diri, seperti perilaku malas bekerja, rendahnya kreativitas, dan tidak ada keinginan hidup lebih maju. Sedangkan kemiskinan yang terjadi secara alami atau dengan sendirinya, disebabkan oleh faktor rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
Sehingga, pengangguran dan kemiskinan, menjadi dua masalah bangsa yang tak kunjung selesai. Untuk membantu mengurai permasalahan tersebut, diperlukan terobosan baru dalam menciptakan banyak program untuk mengatasinya.
“Setiap kali ada diskursus kemiskinan, maka pendidikan selalu menjadi harapan utama bagi pengentasannya,” ujar Sri Nurhidayah, General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa.
Sri menuturkan, Dompet Dhuafa berupaya keras memastikan harapan masyarakat terhadap pendidikan tetap hidup. Melalui program-program yang berkesinambungan bagi para siswa, mahasiswa, guru, tata kelola sekolahdan riset bidang pendidikan, yang kesemuanya mampu bersinergi dengan masyarakat.
Kini Dompet Dhuafamencoba membuat role model solusinya dengan mendirikan Institut Kemandirian (IK) pada 23 Mei 2005. Lembaga Amil Zakat yang telah 20 tahun lebih bergerak dalam bidang kemanusiaan, telah menggulirkan berbagai program dalam mengambil peran memberantas rantai kemiskinan. Salah satunya melalui jejaring yang dimiliki, yakni Institut Kemandirian Dompet Dhuafa.
Keberadaan Institut Kemandirian diharapkan bisa memberi angin segar bagi para dhuafa. Kaum dhuafa yang identik dengan kemiskinan dapat mengaksesnya sebagai sarana peningkatan kapasitas berwirausaha dan memiliki keterampilan untuk bekal berwirausaha.
Sejak berdirinya tahun 2005 hingga tahun 2014 ini, Institut Kemandirian telah meluluskan 3.700 alumni. Banyak di antara penerima manfaat telah sukses menjadi pengusaha atau berkarir berkat ketrampilan kerja dan wirausaha yang para penerima manfaat dapatkan dari Institut Kemandirian.
Salah satu misi yang diemban Institut Kemandirian adalah sebagai pusat pelatihan keterampilan bagi remaja yang tidak memiliki kesempatan untuk meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi, mencetak tenaga-tenaga terampil yang banyak dibutuhkan oleh dunia usaha, mendidik tenaga-tenaga terampil yang percaya diri, dan berkarakter.
Adapun bidang pelatihan yang diajarkan antara lain pelatihan reguler dengan fasilitas perlengkapan yang dimiliki, diantaranya teknisi otomotif sepeda motor, teknisi telepon seluler, tata busana atau menjahit, salon muslimah, IT desain grafis dan video editing. Selain program-program pelatihan reguler, Institut Kemandirian juga melaksanakan program-program kerjasama dengan pihak mitra.
Melihat animo masyarakat yang semakin bertambah terhadap dunia kewirausahaan menjadi peluang tersendiri bagi Institut Kemandirian untuk mencetak wirausaha dari kalangan dhuafa. Tentunya ini harus ada dukungan kuat dari para stakeholder yang satu visi dan misi dengan Dompet Dhuafa, agar kemandirian generasi bangsa dalam pembangunan ekonomi dapat tercipta dan mampu mengatasi masalah kemiskinan.
“Banyak yang sudah diraih, namun banyak pula yang harus terus ditingkatkan kualitasnya. Membaca program pendidikan Dompet Dhuafa berarti saatnya bersama-sama secara sistemik dan sistematis kita, masyarakat, memastikan terwujudnya amanah masyarakat,” pungkas Sri. (Uyang)