Menanti Pemberdayaan di Tanah Pandeglang

Sejumlah petani ladang beraktivitas di dekat pesisir pantai Banyuasih, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang, Banten

Udara pagi hari yang begitu sejuk, dengan hamparan persawahan luas membentang menghantarkan tim media Dompet Dhuafa menginjakkan kaki di Kampung Pematang Kanyere, Desa Banyuasih, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten. Tidak mudah memasuki kawasan yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani dan buruh ini. Jarak yang ditempuh cukup jauh, hampir memakan waktu sekitar 5 hingga 7 jam perjalanan.

Belum lagi, medan perjalanan yang begitu sulit, dengan jalan yang penuh kerikil batu-batu yang cukup besar menjadi tantangan tersendiri untuk berkunjung di kawasan yang dekat dengan pesisir pantai ini. rintangan dan hambatan yang terjadi bukan hanya itu saja. Selain akses jalan, akses jaringan komunikasi pun rasanya mustahil hadir di wilayah tersebut.

Berbincang dengan Ustad Ade, tokoh masyarakat setempat, menuturkan, Kecamatan Cigeulis sendiri mulai memperoleh aliran listrik sejak tahun 2012. Sebelum datangnya aliran listrik, untuk mendapatkan penerangan warga menggunakan lampu sentir dan obor di sekitaran rumah.

“Alhamdulillah memang sedikit ada kemajuan di sini semenjak datang listrik. Tapi, memang dalam segi perekonomian dan pendidikan masih kurang,” ungkapnya.

Lebih lanjut Ade menuturkan, pembangunan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan di Kecamatan Cigeulis dinilainya masih jauh dari kemajuan. Dari sisi ekonomi, rata-rata warganya berprofesi sebagai petani dan buruh bangunan yang didominasi usia rata-rata 45 hingga 70 tahun. Sisanya, warga yang memasuki usia remaja mulai dari 15 hingga 20 tahun lebih memilih untuk nekat mengadu nasib di negeri orang.

“Misal ada program pemberdayaan ekonomi yang masuk ke wilayah ini, mungkin mereka para remaja tidak usah susah-susah cari uang ke negeri orang,” ujarnya lirih.

Meski demikian, Ade merasa sangat bersyukur, Dompet Dhuafa berupaya ikut membantu dalam hal kemajuan pendidikan di wilayah tersebut dengan mengirimkan relawan guru Sekolah Guru Indonesia (SGI) sebagai tenaga pengajar di sekolah. Selain menjadi tenaga pengajar, tim relawan guru SGI juga memprakarsai sebuah pembangunan Madrasah Diniyah Awwaliyah (MDA) dan majelis taklim yang diberi nama Daarurroja, yang diresmikan pada Januari tahun lalu. Di ruang majelis itulah, keceriaan dan semangat anak-anak Desa Banyuasih nampak terlihat ketika mengikuti pengajian iqro dan juz amma yang dilakukan setiap menjelang sore hari.

“Alhamdulillah, masih ada yang perhatian sama kampung ini. Mudah-mudahan pemberdayaan di kampung ini bisa semakin merata dibidang lainnya,” harapnya. (uyang)