Pembangunan Bak Tandon Utama di Desa Klopoduwur, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
BLORA- Tak bisa dipungkiri, krisis air bersih menjadi salah satu permasalahan yang masih melanda negeri ini. Meskipun Indonesia sendiri masuk dalam wilayah perairan (laut) yang membentang luas, namun tetap saja masyarakatnya di beberapa daerah masih merasakan krisis air bersih.
Dua lembaga besar PBB UNICEF dan WHO melansir bahwa Indonesia termasuk dalam 10 negara yang sebagian penduduknya tidak memiliki akses untuk mendapatkan air bersih. Di peringkat pertama diduduki oleh negara Tiongkok dengan jumlah penduduk yang mengalami masalah dengan ketersediaan air bersih mencapai 108 juta jiwa. Kemudian India berada di posisi kedua yang mencapai 99 juta jiwa. Nigeria di posisi ketiga 63 juta jiwa, Ethiopia 43 juta jiwa, Indonesia 39 juta jiwa, Kongo 37 juta jiwa, Bangladesh 26 juta jiwa, Tanzania 22 juta jiwa, Kenya 16 juta jiwa dan terakhir Pakistan 16 juta jiwa.
Ya, air bersih tentu sudah menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Kegunaannya pun banyak seperti konsumsi minum, memasak, sampai bahan wajib di industri. Indonesia sendiri masih terus mengalami persoalan dalam ketersediaan air bersih. Setiap tahunnya, masih banyak di beberapa wilayah di Indonesia yang masih kesulitan dalam mendapatkan air yang layak pakai dan juga sehat. Hal tersebut dikarenakan bencana kekeringan melanda beberapa wilayah Indonesia, seperti yang terjadi di Desa Klopoduwur, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Bencana kekeringan seolah menjadi bencana langganan bagi kawasan yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi yakni kurang lebih 2.000 jiwa ini. Tentu saja, sulitnya memperoleh air bersih tentunya berdampak besar bagi keberlangsungan hidup warga Desa Klopoduwur yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan buruh ini. Mereka lebih mengutamakan air bersih untuk digunakan konsumsi sehari-hari dan melakukan aktivitas lainnya seperti memasak dan mencuci pakaian.
“Kekeringan terjadi, bila memasuki musim kemarau panjang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, warga memiliki galian sumur sendiri untuk mendapatkan air. Antrian yang cukup panjang pun terjadi, sehingga membuat sebagian besar warga memutuskan untuk membeli air,” ujar Aditya Sinugraha Pamungkas, Tim Semesta Hijau Dompet Dhuafa.
Aditya menuturkan, menurut warga setempat selama ini belum ada bantuan yang diterima masyarakat Desa Klopoduwur, khususnya dalam pembangunan sarana air dan sanitasi. Melihat kondisi tersebut Dompet Dhuafa melalui Semesta Hijau menurunkan sejumlah tim untuk melakukan survey pada 2015 lalu. Hingga pada Desember lalu, Semesta Hijau Dompet Dhuafa menggulirkan Program Air untuk Kehidupan di Desa Klopoduwur guna mengatasi krisis air bersih akibat bencana kekeringan yang melanda warga.
“Pada Program Air untuk Kehidupan, bantuan yang digulirkan untuk warga Desa Klopoduwur yakni, mencari sumber titik air bersih, pembangunan bak penampungan air, serta pipanisasi air yang nantinya mempermudah warga untuk mendapatkan air bersih,” jelas Aditya.
Aditya menjelaskan, proses pembangunan bak penampungan air serta pipanisasi air yang mulai dibangun pada Desember 2015 lalu, sudah berjalan sekitar 50 persen. Dalam menjalankan program Air untuk Kehidupan, Tim Semesta Hijau Dompet Dhuafa juga bersinergi dengan masyarakat setempat.
“Insya Allah akhir Januari 2016 ini, masyarakat Desa Klopoduwur sudah bisa menikmati air bersih dan mengantisipasi, bila mana musim kemarau suatu saat kembali melanda,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa/Uyang)