Berbicara mengenai potensi lokal, Indonesia menjadi negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam yang mampu dikelola dengan baik tak pelak mampu menghasilkan produk yang bernilai, salah satunya dalam bidang pangan. Mengembangkan usaha dalam bidang pangan, baik berupa produk mentah, bahan setengah jadi maupun produk jadi merupakan kegiatan yang memiliki prospek sangat baik.
Usaha bidang pangan ini oleh Dompet Dhuafa Jogja dijadikan model pemberdayaan masyarakat yang bertujuan mengurangi kemiskinan. Dengan model kearifan lokal berbasis potensi lokal yang ada, Dompet Dhuafa menginisiasi program yang bernama Institut Mentas Unggul atau lebih dikenal dengan IMU. Sebuah program berbasis pengembangan sumber daya manusia dengan cara meningkatkan ketrampilan atau skill penerima manfaat program yang nantinya dapat menghasilkan sesuatu yang dapat memberikan penghasilan atau menciptakan lapangan pekerjaan.
IMU telah memiliki beberapa cabang seperti IMU Jahit, IMU Cukur Rambut dan salah satunya IMU Masak yang fokus pada pengolahan pangan. Melihat potensi pangan yang ada di wilayah Panggang Gunungkidul yaitu singkong yang melimpah, Dompet Dhuafa Jogja menambah program IMU dengan pengolahan tanaman singkong tersebut.
Di salah satu rumah warga, Maridi, pelatihan IMU Kripik Daun Singkong dilaksanakan. Pelatihan sepekan sekali, didampingi oleh salah seorang pengusaha muda yang sebelumnya menjadi penerima manfaat Dompet Dhuafa Jogja. Singkong yang tergolong tanaman andalan Gunungkidul menjadi aset yang dimanfaatkan IMU Dompet Dhuafa. Sekalipun telah disetor di warung masakan padang, kesediaan daun singkong masih melimpah sehingga ide untuk mengolahnya pun muncul.
Kripik daun singkong yang diolah dengan daging umbinya, menjadikan kripik olehan ibu-ibu binaan Dompet Dhuafa ini semakin khas. Kekhasan inilah yang akan menjadi senjata pasar IMU Panggang Gunungkidul.
Hanna, istri Maridi juga peserta IMU Daun Singkong tampak semangat menjalani aktivitas hariannya untuk memproduksi kripik ini. Selain menjadi sumber keuangan utama keluarga, keterampilan Hanna bertambah dengan mengikuti pelatihan ini.
Raut wajah yang ceria senantiasa menghiasi hari-harinya, karena pelatihan juga pemberian modal dari Dompet Dhuafa Jogja ini telah menyelamatkan ia dan keluarga dari kemunduran ekonomi semenjak Maridi mengalami kecelakaan kerja sebelum ia mengenal Dompet Dhuafa.
Hari-hari Maridi dan Hanna dihiasi dengan kesibukan mengolah singkong. Semakin banyaknya pemesanan membuat sekeliling rumahnya penuh dengan jemuran kripik setengah matang buatan Maridi, Hanna dan peserta lainnya.
Selain potensi wilayah dapat terangkat dan termanfaatkan, dengan adanya pelatihan semacam ini membuat masyarakat seperti Maridi terbantu masalah ekonominya. Kebersamaan semua pihak sangatlah diperlukan agar semakin banyak masyarakat seperti Maridi terbantu perekonomian mereka. (Dompet Dhuafa Jogja/Uyang)