Menilik Eksistensi Perajin Payung Lukis Desa Juwiring

Indonesia kaya akan warisan budaya yang mampu menarik minat wisatawan mancanegara. Potensi lokal dari warisan budaya yang dimiliki negeri ini mampu menggeliatkan perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan bagi para pengrajin usaha mikro.

Melihat hal tersebut, Dompet Dhuafa sangat menyadari, menggeliatkan potensi lokal setiap daerah melalui program pemberdayaan ekonomi, serta mampu meningkatkan kesejahteraan para pengrajin dan membangun kemandirian. Beberapa produk pemberdayaan masyarakat yang menjadi binaan Dompet Dhuafa dalam sektor pangan maupun kerajinan tangan.

Salah satu wilayah yang menjadi pemetik manfaat dalam program pemberdayaan Dompet Dhuafa adalah Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Dikenal sebagai desa dengan penghasil kerajinan payung lukis, sejak tahun 1800-an, masyarakat Desa Juwiring secara turun temurun menekuni profesi sebagai perajin payung lukis.

Kerajinan tangan  payung berbahan kertas telah bertahun-tahun digunakan oleh Keraton di Yogyakarta dan Solo juga masyarakat Bali dalam upacara keagamaan. Sementara itu, kerajinan tangan payung lukis juga digunakan setiap kali Keraton Surakarta menggelar Upacara Suronan serta Muludan. Ya, hal tersebut menandakan kerajinan tangan payung lukis sangat besar kebutuhannya dalam setiap kegiatan Keraton.

Tak hanya dikenal oleh wisatawan domestik, payung lukis hasil karya para perajin di Desa Juwiring ini juga pernah dipasarkan ke wisatawan Mancanegara oleh pemerintah Indonesia, di antaranya Jepang, Suriname dan Kamboja. Hingga, keindahan payung hias tidak hanya dinikmati di Tanah Air, tapi juga meluas ke seantero dunia.

Eksistensi kerajinan tangan payung lukis yang kala itu menjadi primadona, harus berhenti saat krisis moneter melanda Indonesia pada 1998. Jumlah pesanan besar yang biasanya diterima para perajin payung lukis, tiba-tiba menurun drastis. Secara perlahan, pasar payung lukis semakin menyempit, dan para perajin beralih ke profesi lainnya.

Mandegnya regenerasi pengrajin payung menjadi permasalahan yang menjadi perhatian serius. Banyak para pengrajin yang sudah meninggal, sedangkan anak mudanya lebih memilih kerja di pabrik dengan hasil yang pasti.

Tak ingin melihat payung lukis yang merupakan warisan budaya  lenyap begitu saja, Dompet Dhuafa tergerak untuk membantu para perajin di Desa Juwiring dengan program pemberdayaan ekonomi melalui proses pengembangan komunitas (community development).

Program tersebut bertujuan untuk mempertahankan eksistensi kerajinan payung lukis sebagai bagian dari sumber pendapatan dari sektor ekonomi kreatif, dengan target meningkatkan pendapatan mitra dan menambah jumlah perajin. Dalam menjalankan program ini Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Asuransi Astra Syariah.

“Pemberdayaan ini sebagai salah upaya yang dilakukan untuk melestarikan payung lukis ditengah-tengah pudarnya peminat profesi ini. Sampai saat ini jumlah pengrajin payung lukis di Juwiring tinggal 11 orang, selainnya sudah beralih profesi,” ujar Tendi Satrio, General Manager DIvisi Ekonomi Dompet Dhuafa.

Dukungan yang diberikan Dompet Dhuafa dalam mengembangkan komunitas perajin payung lukis ini mulai dari segi akses permodalan, diversifikasi produk turunan, pengembangan jaringan pasar dan pendampingan. Diharapkan dengan dukungan tersebut, para perajin payung lukis semakin berkembang dan meningkat pendapatannya. (Dompet Dhuafa/Uyang)