SALATIGA — Tak terbayangkan sebelumnya bagi Nurhadi, bahwa dirinya akan menyandang gelar sarjana. Lahir dari keluarga biasa, tanpa ada jaminan kemapanan ekonomi. Hanya tekad menjadi modal utama Nurhadi mewujudkan impiannya mejadi sarjana. Gayung bersambut, Nurhadi diterima menjadi mahasiswa Progam Studi Matematika IAIN Salatiga. Namun sayang, ia masih harus berjuang, karena biaya kuliah tidak sedikit. Harapan itu kembali datang, ketika Nurhadi dengan Kantin Kontainer bertemu.
“Pertemuan pertama saya dengan kantin kontainer pada 2016. Dari sana saya banyak belajar, terutama dengan karakter entrepreneurship,” terang mahasiswa angkatan 2014 tersebut.
Kantin Kontainer adalah progam kolaborasi antara Dompet Dhuafa dengan kampus IAIN Salatiga, Jawa Tengah. Dengan mengusung konsep kantin modern yang menyajikan berbagai jajanan bagi mahasiswa. Kantin tersebut dikelola oleh mahasiswa penerima manfaat. Oleh para penerima manfaat, Kantin Kontainer terus berkembang. Dengan sistem bagi hasil, mereka mengajak mahasiswa lain untuk memasarkan produknya di Kantin Kontainer.
“Kami juga membuka luas bagi mahasiswa yang ingin menitipkan produknya di Kantin Kontainer, dengan akad bagi hasil,” tamabhnya.
Berkat dediaksi dari penerima manfaat, kantin kontainer berhasil menjadi primadona baru di kampus IAIN Salatiga. Nurhadi mengakui, bahwa gelar sarjana yang ia dapatkan 18 Oktober lalu. Tidak mungkin bisa ia capai tanpa keikutsertaanya di Kantin Kontainer. Ilmu dan materi yang ia dapatkan di Kantin Kontainer berhasil mengantarkan Nurhadi menjadi sarjana pertama di keluarganya.
“Alhamdulillah, saya bisa lulus dengan biaya sendiri. Bahkan saya bisa biayai adik saya. Manfaat yang kami dapatkan dari progam tersebut sangatlah besar. Bukan sekedar materi, ilmu wirausaha yang tidak bisa kami temui di kelas lebih bernilai,” tambahnya.
Menyambut gelar sarjana, kini Nurhadi fokus untuk menguliahkan adik sematawayangnya. Dua kakak yang harus memendam cita-cita menjadi sarjana karena masalah ekonomi, memotivasi kuat Nurhadi.
“Saya punya target ingin menguliahkan adik-adik. Saya yakin, ilmulah yang nantinya akan menjadi bekal untuk kehidupan dan bisa mengangkat derajat keluarga,” terang anak dari pasangan buruh tani dan pemetik bunga melati tersebut. (Dompet Dhuafa/Zul)