Oleh: Duljani
“Action may not always bring happiness, but there is no happiness without action.”William James, filsuf dan psikolog Amerika.
Rintik gerimis membasahi pagi di penghujung pekan. Sisa hujan semalam pun sempat menapak di lubang jalan. Seperti jalan yang tak bertuan. Ban mobil sesekali melewatinya, dan menyisakan cipratan-ciparatan ke pinggiran. Suasana ini menemani Ipung, untuk bergegas mengejar bus yang melaju pelan di terminal bayangan.
Ipung menyelipkan badannya di sela antara ibu paruh baya dan bapak yang hampir renta. Saat ditanya, keduanya bakal pergi ke Jakarta. Mendengar kata tersebut, semua orang bakal paham, betapa mereka berdua tahan untuk sekedar mendengar hiruk-pikuk pengamen dan asongan.
Saya terbiasa memanggilnya Ipung, meski nama sebenarnya Ahmad Saefullah. Lulusan pesantren Lirboyo, Jawa Timur ini merupakan satu dari sekian banyak Pendamping Mandiri (PM). PM merupakan ujung tombak dari PT Karya Masyarakat Mandiri, atau lebih dikenal dengan Masyarakat Mandiri, dimana programnya menitikberatkan pada pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa yang memiliki keterbatasan terhadap akses-akses ekonomi. MM lahir dan dibesarkan oleh Dompet Dhuafa, dan sekarang difokuskan sebagai Community Enterprise dari lembaga swadaya masyarakat yang berkhidmat pada pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh ini.
Ipung sebenarnya terbilang ‘beruntung’. Wilayah binaannya hanya terpisah jarak, bukan terhalau medan. Jarak antara Segeran, rumah tempat tinggalnya, dan Eretan memang jauh, meski kedua wilayah tersebut masih berada di Kabupaten Indramayu. Namun, medan yang cukup ringan membuat bentang jarak tersebut bisa ditempuh dengan bus atau sepeda motor. Bandingkan, misalnya dengan Rudi, Pendamping Mandiri di daerah kelahiran Pa SBY. Rudi ditempatkan di Desa Wora Wari Kecamatan Kebon Agung, Pacitan. Dimana medannya tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, dengan akses komunikasi yang terbatas.
Tantangannya justru lahir dari wilayah binaan. Ya, binaan Ipung merupakan ibu-ibu nelayan di wilayah Eretan Wetan dan Eretan Kulon, Indramayu, yang kesehariannya berjualan ikan. Bertahun-tahun mereka berjualan, bertahun-tahun itu pula mereka masih tergolong kaum dhuafa. Tugas berat Ipung adalah memberdayakan para ibu-ibu ini sehingga mampu meningkatkan taraf ekonomi mereka.
Para suami dari ibu-ibu tersebut sebagian besar melaut. Sehingga, usaha yang mereka kembangkan tak banyak dibantu oleh suaminya. Maka mereka layak disebut sebagai ibu-ibu perkasa. Jumlahnya, menurut Ipung, ada 76 orang. Aktifitas ekonomi mereka tak jauh dari menjual hasil laut, seperti rebon, teri, maupun jambal. Seringkali, usaha mereka terdesak oleh makanan olahan yang lebih modern dan dijual dengan kemasan yang lebih bagus.
Sampai disini, saya bisa membayangkan empat sampai lima tahun ke depan dari kondisi usaha ibu-ibu tersebut. Bahkan saat ini, ikan asin import pun turut membanjiri pasar-pasar tradisional yang menjadi pangsa pasar mereka. Mereka mungkin tak paham tentang gLobalisasi, karena minimnya tingkat pendidikan, namun mereka sangat merasakan dampaknya.
Melalui Masyarakat Mandiri, Dompet Dhuafa dan tentu saja Ipung, upaya untuk membahagiakan para ibu perkasa itu terus dilakukan hingga saat ini. Pembinaan, bantuan dan motivasi terus dilakukan tanpa henti. Hasilnya, selain diserahkan pada Allah SWT, dari 76 orang tersebut, mampu membentuk sebuah komunitas dan mendirikan lembaga ekonomi yang kokoh dan syar’i.
Tulisan dalam blog ini sebenarnya ingin menyebarkan semangat dari pemberdayaan yang sedang dilakukan. Karena kelak, dari wilayah pesisir itu, harapan untuk Indonesia lebih baik senantiasa tumbuh. Mudah-mudahan, dari tangan para perempuan perkasa itu lahir sebuah keyakinan bahwa kekayaan pesisir, maritim dan seluruh potensi agraris yang terkandung di bumi Indonesia adalah sebenar-benarnya milik rakyat Indonesia secara sah dan berdaulat. Nanti, dari mulut para perempuan perkasa itu terpekik kencang seruan Indonesia Move On!
reviewed by: dian mulyadi
tulisan ini sudah melalui proses editing tanpa mengurangi substansinya, disadur dari: http://rumahnulis.blogspot.com/Indonesiamoveon