Merajut Asa Di Usia Senja

 

Usia yang semakin senja rasanya tak menjadi penghalang nenek yang kian gigih dan bersemangat dalam mencari penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan sabar dan ikhlas, Daronih (72) Nenek yang hidup sebatang kara ini menjajakan berbagai macam panganan seperti nasi uduk, gorengan, dan jagung rebus pun ia lakoni, demi mencari rizki sesuap nasi.

Sambil berjalan dengan tergopoh-gopoh, dalam sehari Nenek Daronih, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini mampu memanggul 70 buah jagung rebus dengan berkeliling di sekitar tempat tinggalnya yang berada di sekitaran Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.

Saat ditemui tim survey Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa, Nenek Daronih mengaku tidak mau banyak mengeluh dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan. Sang suami telah meninggal dunia beberapa tahun silam. Dari perkawinannya bersama sang suami, Nenek Daronih tak memiliki keturunan.

“Saya jalani hidup semampu saya saja. Yang penting terus berusaha jalani hiudp, masih bisa makan aja udah syukur,” ujarnya pada pertengahan Januari lalu.

Melihat kenyataan yang ada, Nenek Daronih tak pernah sekalipun marah akan cobaan hidup yang menimpanya. Baginya, kehidupan harus berjalan sebagaimana mestinya. Tak ada niatan dalam hati nenek yang murah senyum ini untuk menggantungkan belas kasihan kepada orang lain dengan cara mengemis. Ia akan terus berusaha sekuat tenaga dengan berjualan panganan yang dijajakannya.

Dalam sehari berjualan, penghasilan yang diperoleh Nenek Daronih tidaklah menentu. Kadang dalam sehari ia hanya memperoleh sekitar Rp 35 ribu hingga Rp 70 ribu. Dari hasil jerih payahnya berjualan, biasanya ia manfaatkan untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari dan menambah modal usahanya.

Atas kegigihan yang ditunjukkan Nenek Daronih, Dompet Dhuafa melalui Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) merekomendasikan bantuan modal usaha untuk sang nenek sebesar Rp 750 ribu, demi memudahkan usaha panganan yang selama ini dijalaninya.

Meski himpitan ekonomi yang begitu luar biasa dirasakannya, namun ia tak pernah menyerah dalam menjalani hidup. Pantang baginya untuk meminta belas kasihan kepada orang lain. Nenek yang gigih ini berusaha semaksimal mungkin untuk tetap bekerja walau hanya sebatas berjualan panganan yang dimulainya dari pagi hingga siang hari. Tidak banyak memang keuntungan yang didapatnya selama dagang tiap harinya. Namun kegigihannya tersebut yang membuat ia selalu bersyukur dan bersabar dalam mengarungi kehidupan ini. (uyang)