Meski Berstatus Honorer, Isti Rokhimah Bangga Menjadi Guru

Menilik perjuangan guru Indonesia berarti sama dengan mengingat kembali perjuangan bangsa Indonesia. PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) diawali dengan nama PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda).Organisasi ini beranggotakan guru bantu, guru desa, kepala sekolah dan pemilik sekolah.

Kesadaran kebangsaan dan perjuangan yang sudah lama tumbuh mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan Belanda. Seiring perjuangan Indonesia merebut kemerdekaan, guru pribumi pun berjuang agar dapat terlepas dari jeratan Belanda. Hingga dua dekade lebih keberjalanan PGHB, guru pribumi berhasil berlepas diri dari Belanda dan menggantinya dengan nama PGRI.

Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994, menetapkan 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Untuk terus mengenang perjuangan guru, pahlawan tanpa tanda jasa.

Momentum Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November ini menjadi saat yang tepat bagi kita untuk menghargai dan berterima kasih kepada para guru-guru kita yang telah berkontribusi menjadikan kita sebagai generasi muda penerus bangsa yang berkualitas. Melalui kecerdasan intelektual dan ilmu yang sangat bermanfaat, guru tak pernah letih dalam membimbing para muridnya agar dapat berprestasi.

Dengan penghasilan ala kadarnya, seorang guru tak pernah mengeluh bahkan menuntut haknya. Sebagian besar mereka yang berprofesi menjadi guru menyadari, profesi yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ini merupakan bentuk pengabdian memajukan pendidikan bangsa Indonesia yang lebih berkualitas.

Bahkan mereka para guru yang masih berstatus honorer. Seperti perempuan bernama Isti Rokhimah, pejuang pendidikan yang terus berupaya untuk meneruskan perjuangan guru. Sekalipun ia bukan seorang pegawai negeri dan berstatus honorer, semangatnya tak kalah dengan mereka yang telah mendapat banyak fasilitas dari pemerintah.

Di luar keseharian mengajar di TK ABA di kecamatan Panggang dan Purwosari Gunungkidul, Isti sapaan akrabnya ini, aktif di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar). Ia dan rekan-rekannya telah mendirikan Kelompok Bermain (KB) Mawar Panggang. Dedikasinya untuk pendidikan tidak ingin setengah-setengah. Setiap hari berbagai aktivitas untuk memajukan pendidikan sekaligus guru honorer seperjuangannya ia jalani.

Mulai dari keterlibatannya di Himpunan PAUD Indonesia (HIMPAUDI) dan di PKBM ia selalu mengajak rekan sesama guru honorer untuk aktif bersama. Selain untuk meningkatkan kemampuan mengajar, hal ini juga ditujukan untuk turut memajukan pendidikan khususnya di Gunungkidul, yang masih cenderung lemah kesadarannya untuk berpendidikan.

Wanita yang telah memiliki dua orang putra ini juga telah mempelopori guru honorer di wilayahnya untuk mengikuti Pelatihan Guru Inspiratif Dompet Dhuafa Jogja di Gunungkidul. Pelatihan yang dikhususkan untuk guru honorer ini telah diikuti Isti dan rekan-rekannya kurang lebih 50 guru honorer TK & PAUD.

“Pelatihan untuk guru yang diberikan Dompet Dhuafa sangat membantu saya dan guru-guru lainnya untuk lebih kreatif dalam mengisi materi pembelajaran untuk siswa. Pelatihan keterampilan dalam mengajar sangat penting, memudahkan kita berkreasi dalam proses belajar mengajar,” ujar Isti menjelaskan.

Isti menuturkan, sudah mulai banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan. Namun hal ini tidak diimbangi dengan fasilitas yang diberikan pemerintah untuk guru honorer sepertinya. Pemerintah hanya menganggarkan 100 hingga 200 ribu untuk guru honorer PAUD. Sekalipun kini guru-guru negeri di wilayahnya telah membantu dengan menyisihkan 50 ribu setiap bulannya, operasional sekolah tetap membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Mengajar adalah ibadah menjadi landasan Isti dan rekan-rekannya untuk terus bersemangat berjuang di dunia pendidikan ini. Karena anak-anak di lingkungannya harus mendapatkan pendidikan yang layak, sekalipun masih pendidikan dasar seperti PAUD.

“Berprofesi guru menjadi nilai ibadah apabila dijalankan dengan penuh keikhlasan. Hal itulah yang berusaha ingin saya pertahankan. Semoga profesi ini bisa menjadi ladang amal saya di akhirat kelak,” ungkap Isti semangat.

Dalam rangka Hari Guru Nasional kali ini Isti berharap, kesejahteraan Isti dan sesama guru honorer semakin diperhatikan oleh pemerintah, karena setiap perjuangan tidak ada yang mudah, dan ia bersama rekan-rekannya harus berjuang setiap hari demi kemajuan pendidikan di wilayahnya, Purwosari Gunungkidul. Pola pendidikan atau kurikulum yang jelas juga Isti harapkan, sehingga pendidikan di semua daerah dapat menyesuaikan. (Dompet Dhuafa Jogja/Uyang)