Meski Hidup Miskin, Ibu Tangguh Ini Berprinsip Ingin Mandiri

Meski hidup dalam keterbatasan ekonomi, pantang bagi ibu satu anak ini untuk bergantung dan berharap belas kasihan kepada orang lain. Berbagai kesulitan yang menerpa hidupnya beserta keluarga menjadikan sosok Lailis, ibu tangguh yang juga merupakan penerima manfaat program Klaster Mandiri Dompet Dhuafa ini, pantang menyerah dan mampu mengatasi berbagai permasalahan (mandiri).

Permasalan ekonomi yang melanda kehidupannya tak membuatnya melupakan sosok sang ibu berusia lanjut yang senantiasa ia rawat dengan penuh kasih sayang. Tidak hanya itu, status janda yang telah di sandangnya sejak berumur 25 tahun pun tak membuatnya surut langkah dalam menggapai impian yang sangat diinginkannya. Yakni, ingin membahagiakan keluarga dengan semangat kemandiriannya.

Berat memang bagi Lailis, menjadi orang tua tunggal bagi anak semata wayangnya. Namun, ia tidak pernah meninggalkan tanggung jawab yang dijalani sebagai orangtua. Jeratan kemiskinan tak menghalanginya untuk tetap menyekolahkan sang anak. Tekad yang dimilikinya begitu besar, sehingga membuatnya menjelma menjadi perempuan tangguh.

Selain pekerja keras, Lailis juga dikenal sebagai perempuan yang baik hati dan berjiwa sosial. Untuk memberdayakan masyarakat di lingkungannya, ia tak segan setiap sore hari mengajar baca dan tulis bagi ibu-ibu yang masih buta huruf. Selain itu ia juga menjadi pengurus ranting Fatayat NU.

Untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari, berbagai macam usaha telah dilakoninya, mulai dari membuat gorengan tempe, kacang jagung (marning), dan dititipkannya ke warung-warung sekitar rumahnya. Namun usaha yang dilakukan belum membuahkan hasil. Hingga pada akhirnya, ia pun beralih memilih usaha lain yakni membuat kerupuk ketoprak. Usaha terakhir ini yang bertahan hingga sekarang sampai ia mampu menyekolahkan anak semata wayangnya di pondok pesantren.

Melihat Program Klaster Mandiri yang dijalani Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, membuat Lailis tertarik, dan berminat untuk mengembangkan usahanya. Dengan menjadi mitra penerima manfaat Program Klaster Mandiri,  ia berharap mampu meningkatkan usaha kerupuknya sebagai tabungan masa depan anaknya. Usianya yang memasuki angka 45 tahun tidak membuatnya lelah dan berhenti mengabdi. Mitra penerima manfaat mendaulatnya menjadi ketua ISM (Ikhtiar Swadaya Masyarakat) AL Hidayah yang beranggotakan 77 mitra. Mitra sudah melihat kiprah Lailis selama ini, mereka percaya bahwa Lailis mampu memimpin ISM

sehingga mampu menjadi lembaga yang mandiri. Sosok inspiratif yang menggabungkan antara tekad yang kuat,  pengabdian dan  keikhlasan. (slamet/uyang)