Waliyo, penerima manfaat STF Dompet Dhuafa tengah meracik bumbu mie ayam di warung sederhananya di kawasan Pondok Betung. (Foto: Dokumentasi STF Dompet Dhuafa)
Siang itu, terlihat pria paruh baya itu tengah meracik bumbu Mie Ayam dan Bakso di warung kecil sederhana di kawasan Pondok Betung, Tangerang Selatan. Usaha tersebut menjadi satu-satunya penopang hidup bagi Waliyo (47) salah satu penerima manfaat Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa, dalam mencukupi kebutuhan keluarganya.
Bagi bapak dua anak ini, tidak mudah baginya untuk mengembangkan kembali usaha yang telah ditekuninya selama hampir 15 tahun ini. Berbagai cobaan pernah dialaminya seperti, warung usahanya bangkrut hingga terlilit hutang sana-sini dengan tetangga di sekitar rumahnya yang mengakibatkan warung mie ayam baksonya sempat gulung tikar.
“Haduh, kalo ingat masalah itu mah, kepala saya hampir pecah rasanya. Saya bener-bener nggak mau deh terlilit hutang lagi,” ujar Waliyo.
Cobaan yang dirasakan Waliyo belum berhenti begitu saja. Belum hilang rasa susah dihatinya karena warung usahanya bangkrut, kini ia harus menerima kenyataan, sang istri harus tergolek lemah tak berdaya akibat sesak nafas yang diderita sejak 2 tahun lalu.
“Ya ini cobaan yang memang harus saya lewati. Sekarang saya harus benar-benar menata hidup saya kembali,” terangnya.
Perlahan tapi pasti, Waliyo mulai bersemangat menata kehidupannya. Ia memiliki tekad yang kuat untuk kembali membangun usahanya yang sempat terjatuh. Namun, dengan kondisi keuangan yang tak mendukung, ia sempat bingung mencari dana tambahan modal untuk mewujudkan keinginannya tersebut.
“Uang simpanan saya sudah habis buat berobat istri. Kalo pinjam uang lagi ke tetangga saya udah kapok.cukup waktu itu aja,” ucapnya.
Untuk mewujudkan keinginannya dalam membuka usaha warung mie ayam bakso, Waliyo sempat membanting tulang bekerja serabutan menjadi buruh bangunan. Namun, upah yang diterimanya kisaran Rp 75 ribu per hari hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan dan uang saku anak.
“Boro-boro saya bisa nabung. Udah gitu saya jadi buruh juga nggak tentu. Tapi nggak apa-apa yang penting saya usaha dulu,” jelasnya.
Beruntung, di saat Waliyo tengah mencari tambahan modal usaha, sahabat karibnya menginformasikan tentang pinjaman modal usaha kepadanya melalui Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa. Mendengar informasi dari sahabatnya itu, ia pun langsung tertarik dan mendatangi kantor STF Dompet Dhuafa Cabang Tangerang Selatan dan mengajukan pinjaman modal usaha.
Waliyo pakhirnya mendapatkan bantuan dari STF Tangerang Selatan sebesar Rp. 750 ribu untuk dana awal tambahan modal usahanya. Kini, ia pun sudah menyelesaikan pinjaman yang pertama dan sedang mencicil pinjaman kedua yang diterimanya sebesar Rp 1 juta, untuk menambah barang dagangan usaha warung mie ayam bakso, seperti minuman dingin, gorengan, dan nasi uduk.
“Saya hanya bisa bersyukur kepada Allah, dan berterima kasih kepada Dompet Dhuafa, semoga semakin banyak yang terbantu seperti saya,” ucapnya bersyukur.
STF sendiri merupakan program ekonomi Dompet Dhuafa yang memainkan peran sebagai bank orang miskin. Transaksi dominan yang dikembangkan adalah berbasis kepada akad dana kebajikan (Qardhul Hasan), yakni meminjam dengan pengembalian tanpa tambahan bunga maupun bagi hasil.
Yetti, Koordinator Social Trust Fund (STF) Tangsel menuturkan, jumlah penerima manfaat yang dilayani pada Juli dan Agustus 2014 sebanyak 763 penerima manfaat.
Wilayah yang menjadi sebaran penerima manfaat STF Tangsel seperti, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara, dan Setu. Beberapa unit program STF juga telah digulirkan di antaranya di wilayah Padang, Tasikmalaya, Surabaya, Mentawai, dan Wasior. (uyang/gie)