SERANG, BANTEN — Puluhan anak seusia pelajar SD selalu ramai mendatangi rumah Ustaz Apipi setiap sore hingga malam. Mereka datang ke rumahnya untuk belajar Al-Qur’an dengan tajwid yang benar. Dengan penuh semangat, anak-anak berbondong memenuhi teras rumah Ustaz Apipi, seorang guru ngaji, dan beranjak ke saung tempat biasa yang ia gunakan untuk mengajar ngaji.
Ya, Ustaz Apipi adalah sosok pahlawan tak dikenal. Bagaimana tidak? Ia telah menjadi guru ngaji selama belasan tahun dengan dedikasi tak terkalahkan demi mencetak generasi yang berakhlak mulia. Kemuliaan sejati terpancar darinya.
Itulah mimpi besar Ustaz Apipi, mencetak generasi berakhlak mulia. Mulanya, saat duduk di bangku MTS, ia mengajar anak-anak membaca Iqro. Ia pun menekuni kegiatan mulianya itu hingga ke bangku SMA. Hingga di tahun 2016, ia mulai aktif mengajar ngaji hingga kini.
Baca juga: Tingkatkan Kualitas Guru Ngaji, LPM Dompet Dhuafa Gelar Pelatihan Guru Ngaji Asrama Yatim & Dhuafa
“Makanya kalau di sini 2016 saya mulai aktif sendiri mengajar ngaji sampai sekarang, mudah-mudahan sampai akhir hayat. Kepengin saya itu ketika meninggal itu dalam keadaan lagi ngaji,” kata Ustaz Apipi.
Ia telah mengabdikan hidupnya untuk mengajar agama kepada anak-anak di desa itu. Namun, karena mayoritas penduduk desa hidup dari pertanian yang tidak selalu memberikan hasil yang memadai, mereka tidak mampu memberikan gaji yang layak kepada Ustaz Apipi. Namun, keikhlasannya dalam menyebarkan ilmu agama sungguh luar biasa.
“Saya teringat ucapan Kanjeng Nabi, ‘Barang siapa yang mengajarkan satu huruf dari Al-Qur’an atau satu bab ilmu, maka Allah akan kucurkan pahalanya sampai akhir hari kiamat’. Jadi motivasinya bukan honor atau apa. Kalau di kampung mah, nggak ada honornya, Bu. Makanya udah lillahita’ala yang penting kita tawakal. Mudah-mudahan rezeki datangnya dari manapun Allah siapkan untuk kita dan keluarga,” ungkap Ustaz Apipi.
Baca juga: Dompet Dhuafa Salurkan Bantuan Yatim, Guru Ngaji, Hingga Keluarga Tangguh di Bali
“Saya mengajarkan mulai dari makhorijul, hurufnya, tajwidnya bahkan penginnya yang enak ngajinya terus juga mereka bisa mengamalkan biar supaya mereka itu jadi generasi Islam yang bertawakal, takwa kepada Allah Swt, mereka tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban yang diberikan Allah Swt,” sambungnya.
Berbagai tantangan pun telah Ustaz Apipi lewati. Ketika minat mengaji anak-anak sedang menurun, Uztaz Apipi melakukan berbagai aktivitas bersama dengan anak anak. Salah satunya adalah dengan bancakan, sebuah tradisi makan bersama berasal dari Banten. Menurutnya, untuk mengajak anak-anak mengaji, lebih dulu menanamkan suasana yang nyaman dan menyenangkan.
“Makanya kita pake trik, kitanya yang masuk ke dunia mereka. Jadi bermain dengan mereka. Makanya kadang bancakan, masak nasi bareng, makan bareng, buat cilok, bikin gorengan, bancakan apa aja, sering kita lakukan. Biar supaya nggak jenuh, jadi kita yang mengalah masuk ke dunia mereka dan jadi mereka, biar mereka itu senang. Intinya kalau kita mau ngajakin seseorang, harus senang ke kita dulu, apalagi sekarang zaman gadget,” ujarnya.
Baca juga: LPM Salurkan 300 Paket School Kit dan Santunan Guru Ngaji Selama Muharram 1445 H
Tak sampai di situ, sebelum memiliki teras yang memadai, mengaji di rumah Apipi hanya beralaskan tikar-tikar yang digelar di bawah pohon-pohon besar. Dari hujan hingga panas menerpa, namun semangat anak-anak mengaji membuat Ustaz Apipi makin bersemangat. Ia bahkan sempat mengumpulkan para orang tua murid untuk melakukan urunan pembuatan tempat mengaji yang lebih layak.
Nahas, hal tersebut tidak berjalan lancar. Namun, Ustaz Apipi juga sangat memahami bagaimana kondisi perekonomian di kampung tersebut.
“Jadi ya ngelihat semangat anak-anak belajar itu sangat luar biasa. Panas hujan ke sini bawa payung, makanya meskipun saya nggak ada tempat juga masih belum punya tempat. Pakai tikar yang gede, kita ngampar aja ke pohon-pohon yang ada di sini, sambil berusaha, setelah itu berusaha. Saya kumpulkan orang tuanya, tolong bantu saya ini karena anak-anak semangat, tapi masyarakat itu tidak sepenuhnya membantu, karena saya tahu kondisinya,” imbuh Ustaz Apipi.
Meski rencana tak selaras dengan harapan, namun dalam ikhlas, kita temukan kebijaksanaan untuk menerima dan keberanian untuk tumbuh. Menurut Ustaz Apipi yang terpenting adalah keikhlasan kita, bagaimana caranya kita bisa memurnikan niat, meluruskan niat untuk anak-anak bisa serius belajar mengaji dan bisa mengamalkannya.
Baca juga: Dompet Dhuafa Salurkan Puluhan Al-Qur’an dan Bingkisan untuk Guru Ngaji Lampung
“Saya selalu menitipkan, titip akhlak dan amalkan. Ilmu yang dari saya, mohon diteruskan. Itu saja amanatnya,” tambahnya.
Selain mengajar Al-Qur’an, Ustaz Apipi juga memberikan pemahaman dan pembelajaran fiqih, hadis, dan pelajaran akidah.
“Saya tuh ada kekhawatiran, di masyarakat sini tingkat kesadaran pendidikannya masih kurang. Makanya saya bikin tulisan-tulisan buat pegangan anak-anak. Makanya saya antisipasi dari mulai akidahnya. Akhlak, yang paling saya depankan. Akhlak itu di atas ilmu. Makanya yang paling penting itu saya bagaimana caranya mencetak generasi yang berakhlak mulia. Ngajinya juga harus bagus,” ungkapnya.
Alhamdulillah, pada Senin (20/11/2023), berkat keikhlasan Ustaz Apipi mengajar ngaji, Allah menitipkan sedikit rezeki melalui Dompet Dhuafa dan para donatur untuk disalurkan kepada 24 guru ngaji lainnya yang tersebar di Pelosok Lebak, Kabupaten Serang berupa uang senilai Rp500.000 per guru ngaji dan Al-Qur’an sejumlah 115 buah.
“Saya mewakili semuanya, sangat senang sekali kedatangan Tim Dompet Dhuafa ini. Apalagi diiringi ada bantuan, datangnya saja saya sudah senang. Itu menunjukkan ada perhatian dari pihak Dompet Dhuafa. Saya sangat berterima kasih kepada teman-teman semuanya. Mudah-mudahan bisa terus bersilaturahmi membantu perjuangan kami, karena kami ini kurang power financial. Kami tidak bisa memfasilitasi tempat, tapi bisa memfasilitasi pendidikan anak-anak saja,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa/Anndini)