JAKARTA — Pada hari Senin pertama bulan September (5/9/2022), di Lobby Philanthropy Building, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Dompet Dhuafa menggelar diskusi tentang pemberdayaan perempuan. Bertajuk “Recent Issues in Women Economic Empowerment”, diskusi ini menghadirkan Associate Professor UNSW Sydney Minako Sakai dengan audiensi yang merupakan para insan Dompet Dhuafa.
Rupa-rupanya, Minako Sakai adalah seorang antropolog lulusan Australian National University yang telah lama menggeluti penelitian tentang pemberdayaan perempuan muslim, termasuk di Indonesia. Bersama Dompet Dhuafa, ia telah banyak melakukan kegiatan guna membangkitkan semangat pemberdayaan masyarakat Indonesia. Kali ini, Minako kembali mengajak insan-insan Dompet Dhuafa untuk meningkatkan program-program pemberdayaan ekonomi bagi perempuan.
Dengan tegas, Minako menyampaikan bahwa dunia membutuhkan contoh dari Indonesia tentang pemberdayaan perempuan muslim. Di sisi lain, Indonesia memiliki Dompet Dhuafa sebagai contoh bagi lembaga-lembaga sosial lainnya. Dari hasil risetnya, ia melihat bahwa Islam di Indonesia mampu mengembangkan dan memberdayakan perempuan. Indonesia mampu memberikan ruang yang luas bagi para perempuan untuk berkembang, sehingga dapat menjadi contoh bagi negara lain di dunia.
“Di Indonesia, secara konsisten perempuan diberikan wewenang yang luas untuk terlibat dalam perkembangan ekonomi. Inovasi dan kreativitas perempuan muslim di Indonesia sudah banyak kita saksikan,” jelasnya.
Jika Islam terdahulu memiliki tokoh perempuan seperti Khadijah dan Aisyah, Indonesia memiliki Kartini. Kisah-kisah teladan seperti mereka ini perlu disebar luaskan, baik melalui kanal digital maupun melalui pengajian dan pengkajian. Menurutnya, Indonesia sangat lah istimewa bagi perempuan muslim. Sebab di negara lain, perempuan muslim lebih banyak diatur oleh pemerintah negara dan perusahaan tempatnya bekerja. Sedangkan Indonesia memberikan ruang kreasi yang luas bagi perempuan muslim, sehingga dapat menjadi teladan yang sangat baik.
Deputy Head of School (Research) tersebut memberikan apresiasi atas kerja-kerja dan upaya Dompet Dhuafa dalam memberdayakan masyarakat miskin. Ia berharap Dompet Dhuafa dapat terus meningkatkan program-program yang melibatkan perempuan. Tentunya harus berdasarkan riset yang baik supaya dapat menjadi program yang kuat. Sehingga dapat dijadikan sebagai contoh bagi pihak lain dan juga negara lain.
Memimpin alur diskusi, Direktur Business Operation Support Prima Hadi Putra memberikan kesempatan bagi para insan Dompet Dhuafa untuk melontarkan masukan maupun pertanyaan. Direktur Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Bambang Suherman turut menyampaikan bahwa Dompet Dhuafa sering mempertimbangkan target penerima manfaat program pemberdayaan dari sisi gender. Namun faktanya di lapangan, laki-laki cenderung lebih antusias. Padahal, sebenarnya banyak program Dompet Dhuafa yang menyasar pemberdayaan perempuan.
Menanggapi Bambang, Minako menyampaikan bahwa dahulu ibu-ibu rumah tangga banyak yang bekerja secara mandiri. Para PKL di jalanan banyak dilakukan oleh perempuan. Namun karena perkembangan digital money dan digital transaction, banyak yang terkendala dengan itu. Bahkan juga tidak hanya dialami oleh perempuan melainkan laki-laki.
“Yang paling memungkinkan untuk dilakukannya program pemberdayaan perempuan adalah dalam sisi pendidikan. Perempuan yang kelak akan menjadi ibu rumah tangga sangat penting untuk memahami banyak wawasan termasuk pada digital economic. Meskipun nanti yang menjadi pelaku utama dalam mencari nafkah adalah laki-laki, namun perempuan juga harus memiliki skill dan pengetahuan cukup terhadap digital economic,” tukasnya.
Dengan keleluasaan perempuan muslim bebas melakukan banyak hal di Indonesia, Minako sangat optimis menegaskan bahwa Indonesia mampu menjadi contoh bagi negara-negara lain. Citra Islam sendiri secara global terhadap women empowerment sangat luas. Ia percaya Dompet Dhuafa mampu menghimpun inovasi tentang pemberdayaan perempuan yang dapat dikombinasikan dengan filantropi Islam, yaitu zakat, infaq, sedekah dan wakaf.
“Mudah-mudahan ini menjadi semangat bagi kita semua untuk menjalankan program-program pemberdayaan perempuan. Kemudian juga tidak lupa mementaskan kepada dunia sebab dunia butuh contoh itu,” tutup Prima Hadi mengakhiri diskusi pagi tersebut. (Dompet Dhuafa / Muthohar)