LAMONGAN, JAWA TIMUR — Salah satu mitra program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa mengaku sangat terbantu dengan adanya Kurban Information System (KIS) yang dirancang oleh Dompet Dhuafa. Mitra tersebut adalah Kelompok Ternak D2 Nusantara yang berlokasi di Lamongan, Jawa Timur.
Sebelumnya, Kelompok Ternak D2 Nusantara telah bergabung sebagai mitra THK Dompet Dhuafa sejak tahun 2018, melalui proses penjaringan. Namun di awal bergabung, nama mitra ini bukanlah Kelompok Ternak D2 Nusantara, melainkan Harapan Bunda. Setelah menyelesaikan program di tahun 2019, Kelompok Ternak D2 Nusantara kembali bergabung sebagai mitra THK Dompet Dhuafa di tahun 2019.
Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 pun melanda Indonesia dan menyebabkan sebagian besar pengusaha mengalami masa sulit, termasuk para peternak. Oleh sebab itu, di tahun 2020 dan 2021 Kelompok Ternak D2 Nusantara tidak menjadi mitra THK Dompet Dhuafa lantaran merasakan dampak dari pandemi ini.
Baca juga: THK Jangkau Kampung Mualaf di Perbatasan Timur Indonesia
Tahun 2022 pun, Indonesia masih dalam masa pandemi, bahkan terdapat puncak Omicron di awal hingga pertengahan tahun. Ditambah lagi, jelang Iduladha 1443 H, Indonesia juga dilanda Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) yang menyerang hewan ternak. Namun demikian, Kelompok Ternak D2 Nusantara justru kembali bergabung dengan THK Dompet Dhuafa di tahun yang cukup bergejolak itu.
Di tahun itulah kemudian Kelompok Ternak D2 Nusantara merasakan kemudahan dan mengaku sangat terbantu oleh adanya Kurban Information System (KIS) yang dirancang oleh Dompet Dhuafa.
“Kami tidak lagi khawatir ada nama pekurban yang terlewat, karena pada sistem sebelumnya, nama-nama pekurban hanya dikirim melaui pesan SMS. Dan seringnya, SMS dikirimkan malam hari, sehingga teman-teman harus bergadang dan berisiko terlewat,” tutur Agus Siswoyo dari Kelompok Ternak D2 Nusantara pada proses QC oleh Tim Dompet Dhuafa, Sabtu (18/3/2023).
“Mitra sudah dibuatkan akun di KIS, sehingga mereka bisa memperbaharui data nama pekurban di situ, hanya tinggal copy saja lalu dibuatkan papan namanya,” lanjut Agus.
KIS sendiri merupakan sistem terintegrasi yang dibuat khusus oleh Dompet Dhuafa untuk memudahkan mitra THK melakukan pelaporan sejak dari pra, proses, hingga pasca kurban. Pada KIS, mitra bisa mendapatkan dan memverifikasi nama-nama pekurban. Sehingga, dalam proses berkurban tidak terdapat kekeliruan dalam hal nama pekurban atau agar tidak ada nama pekurban yang terlewat.
Selain itu, KIS juga akan membantu proses pelaporan mitra kepada donatur terkait pendistribusian daging kurban. Sebelumnya, Dompet Dhuafa telah lebih dulu membuatkan akun untuk para mitra dalam sistem KIS. Selanjutnya, para mitra akan mengisi data-data seperti lokasi di mana hewan disembelih hingga ke mana dan kepada siapa daging kurban tersebut didistribusikan. Sistem KIS juga akan membantu mitra memverifikasi data yang mereka masukkan.
Di sisi lain, para donatur yang mengamanahkan kurbannya di Dompet Dhuafa juga akan selalu mendapatkan notifikasi melalui SMS ataupun e-mail terkait proses kurban mereka dari awal hingga akhir. Notifikasi tersebut di antaranya adalah notif transaksi telah terverifikasi, data pekurban telah terverifikasi, proses penyembelihan kurban, kurban telah disembelih, kurban telah terdistribusi kepada para penerima manfaat, hingga notif bahwa proses kurban telah selesai seluruhnya.
Selain tentang nama pekurban, mitra juga merasakan kemudahan penggunaan sistem KIS dalam hal pelaporan. Menurut Agus, mitra hanya tinggal mengunggah data saja ke sistem. Apabila sistem menolak data yang diunggah, berarti ada hal yang salah dan sistem akan memberitahukannya kepada mitra.
Baca juga: Kelola Kurban THK, DD Farm Ronting Jangkau 3963 KK Penerima Manfaat Di Dua Kabupaten
“Pun untuk laporan, tinggal upload saja. Jika tidak sesuai, sistem tidak menerima. Sehingga, memudahkan untuk mengidentifikasi laporan-laporan dan men-checklist laporan yang sudah dikirimkan maupun belum dikirimkan,” terang Agus kepada Tim QC Dompet Dhuafa.
Namun demikian, di balik kelebihan pasti juga akan ada kekurangan. Agus Siswoyo pun menceritakan satu kekurangan sitem ini bagi orang-orang yang masih gagap berteknologi. Menurut Agus, beberapa orang dalam timnya masih perlu waktu untuk bisa mengoperasikan sistem ini karena adanya kendala pengetahuan teknologi.
“Tantangannya memang yang tidak terbiasa dengan teknologi kekinian akan perlu waktu dulu untuk belajar. Untungnya, tim kelompok ternak ini dibantu oleh anak-anak muda yang sudah melek teknologi,” pungkas Agus. (Dompet Dhuafa/Tim THK/Ronna)