Foto: Septi/RST Dompet Dhuafa
Sambil duduk di pangkuan kakaknya, anak ketiga dari tiga bersaudara yang didiagnosa menderita berbagai macam penyakit itu hanya terdiam.Tak ada celotehan keluar dari bibir mungilnya. Namanya nadia Nadia. Bocah berusia 4 tahun ini didiagnosa oleh dokter spesialis bedah syaraf di Jakarta menderita lima penyakit sekaligus yakni hydrocephalus, craniosynostosis, epilepsy, celebral palsy dan laringomalasia.
Craniosynostosis merupakan penyakit kelainan bawaan. Sejak lahir ada bagian di tulang tengkorak yang tidak tertutup dengan sempurna sehingga menyebabkan bentuk kepala yang abnormal. “Sebetulnya kasus penyakit Craniosynostosis ini tidak selalu berhubungan dengan hydrocephalus, namun jika ada seperti apa yang dialami oleh Nadia, hydrocephalus akan menyebabkan semakin terjadinya penebalan tulang tengkorak,” ucap dr. Ana salah satu dokter di RS. Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa.
Celebral palsy, tambah dr. Ana, merupakan komplikasi dari penyakit hydrocephalus itu sendiri. Celebral palsy menyebabkan syaraf-syaraf motorik terganggu dan tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya.
Berdasarkan keterangan Wulan, ibunda Nadia, ia sebenarnya sudah mengetahui kelainan serta kondisi kesehatan anak bungsunya tersebut sejak masih dalam kandungan. Sehingga ia telah menerima risiko apapun yang akan terjadi jika Nadia lahir pada saat itu.
“Usia kehamilan 5 atau 6 bulan saya sering sekali merasakan kontraksi. Karena takut terjadi apa-apa akhirnya saya datang ke bidan, “ cerita Wulan.
Keterbatasan alat yang dimiliki bidan mengharuskan Wulan untuk datang ke dokter spesialis kandungan salah satu rumah sakit di Jakarta. Di sana Wulan menjalani beberapa kali pemeriksaan ultrasonografi vetomaternal untuk mengetahui keadaan janin dalam kandungannya.
Benar saja, pasca menjalani pemeriksaan tersebut diketahui bahwa janin yang dikandung Wulan mengalami kelainan bawaan. “Saat itu dokter pun menyarankan untuk aborsi karena jika dilahirkan pun akan mengalami cacat dan perkembangannya terhambat,” kenang Wulan.
Wujud janin yang telah terlihat dalam kandunganya saat itulah yang pada akhirnya membuat Wulan beserta suami mengurungkan niat dan tetap mempertahankan kelahiran bayinya. “Tidak tega rasanya kalau harus aborsi saat kita sudah melihat bentuk tangan, kaki, serta anggota badannya,” tambahnya.
Nadia lahir dengan ukuran kepala abnormal yaitu 30 cm, jauh dari ukuran bayi normal lainnya yaitu berkisar 34-36cm. Dengan kelainan kondisi kesehatan yang terlihat sejak dalam kandungan, pada usia satu tahun Nadia pun telah divonis menderita hydrocephalus.
“Dengan kelainan penyakit yang diderita Nadia itu menyebabkan ia tidak bisa tidur sejak usia 0 hari sampai satu setengah tahun,” ungkap Wulan.
Namun demikian, setelah menjalani operasi kedua yaitu pembukaan tempurung kepala pada usia satu setengah tahun kondisi Nadia sudah lebih baik. Ia bisa tidur meskipun jam tidurnya berbanding terbalik dengan jam tidur orang sehat.
Sampai dengan saat ini Nadia telah menjalani empat kali operasi atas beberapa diagnosa penyakit yang dideritanya. Ayah Nadia yang berprofesi sebagai supir antar barang dan ibunya yang berjualan masakan memiliki penghasilan yang tidak menentu. Mereka pun amat bersyukur karena dapat dibantu biaya kesehatannya oleh para donatur dan jaminan pemerintah.
Sementara itu dengan kondisi kesehatan yang tergantung pada obat-obatan dan ketekunan perawatan dari ibunya kondisi Nadia saat ini cenderung stabil. “Untuk menelan air liur saja sulit sekali dan saat ini Nadia hanya bisa bernafas lewat mulut karena penyakit laringomalasia yang diderita,’”ucap Wulan.
Sebagai seorang ibu, Wulan sangat bersyukur karena masih dapat merawat Nadia hingga saat ini. Hal tersebut dikarenakan vonis dokter yang pernah menyebutkan bahwa anak seperti Nadia hanya bisa bertahan maksimal sampai usia 12 tahun.
“Anak-anak yang menderita penyakit sama seperti Nadia sudah tidak ada semua. Namun Alhamdulillah sampai sekarang Allah masih memberikan kesempatan pada Nadia untuk hidup,”ucap Wulan.
Berdasarkan keterangan Wulan, Nadia pun direncanakan menjalani operasi ventriculoperitoneal shunt yaitu pemasangan selang pada tubuhnya untuk mengalirkan cairan otak ke saluran pencernaannya.
Wulan pun hanya berharap agar dirinya diberikan kesabaran yang besar serta kesehatan agar ia dapat terus tekun merawat Nadia juga berdoa agar senantiasa diberikan hal terbaik untuk kesehatan anak bungsunya. (tie/gie)