LOMBOK UTARA — “Iya bagus, diwarnai lagi ya yang gambar ini,” terang Nani, ketika memberi arahan kepada anak didiknya di Sekolah Darurat Assyafi’iyah, Desa Menggala, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara.
Nani merupakan satu dari sekian banyak guru relawan yang diterjunkan Dompet Dhuafa untuk mengisi tenaga pengajar di sana. Setelah gempa terjadi, semua sektor kehidupan di Lombok Utara lumpuh, termasuk pendidikan. Banyak sekolah, baik negeri maupun swasta yang runtuh. Guru dan murid sama-sama mengungsi. Alhasil, tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar di sana.
Tim Lombok Recovery (LOVER) yang sudah menginisiasi adanya Sekolah darurat tidak tinggal diam. Sebanyak 20 relawan guru didatangkan dari berbagai wilayah Indonesia. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, namun memiliki satu tujuan mulia yang sama, yaitu menyembuhkan luka untuk Lombok bangkit.
Nani salah satunya, ia adalah seorang guru dari Bengkulu, ketika mendapat kabar bahwa Dompet Dhuafa menerima relawan guru, ia langsung mendaftar. Tidak ada keraguan, walau harus rela ditempatkan di Lombok selama enam bulan sebagai guru. Rasa empati, adalah alasan kenapa Nani tidak ragu mengabdi. Tahun 2007, Bengkulu sempat diguncang dengan gempa berkekuatan 7,9 SR, Nani menjadi salah satu korban saat itu.
“Saya paham betul apa yang dirasakan oleh masyarakat yang ada di Lombok ini. Saya merasa berempati karena pernah juga menjadi korban ketika gempa mengguncang Bengkulu,” terang Nani, ketika ditemui di sela kegiatan mengajarnya di Sekolah Darurat Asyafiiyah Menggala, Lombok Utara.
Sebelum memutuskan mengabdi di Lombok, Nani merupakan salah satu tenaga pengajar juga di Bengkulu. Karena pengabdianya, ia rela melepas pekerjaan sebelumnya. Di Sekolah Darurat Asyafiiyah yang diinisiasi oleh Tim LOVER Dompet Dhuafa, Nani bersama rekan-rekannya mengajar sekitar 500 siswa dari berbagai tingkatan, mulai dari MI, MTs, dan MA.
Setelah adanya Sekolah Darurat dan Guru Relawan, sedikit demi sedikit kegiatan pendidikan di Lombok Utara kembali bangkit. Sudah mulai ada guru yang kembali mengajar dan murid berangkat ke sekolah. Walaupun harus berangkat dari pengungsian dan belajar di sekolah darurat, mereka tampak bahagia dan antusias.
“Saya lihat murid-murid sangat antusias. Ya mungkin karena mulai aktif kembali sekolahnya. Tentu mereka rindu suasana sekolah. Para guru juga sudah mulai mengajar, walau tidak semua bisa datang,” tutup Nani. (Dompet Dhuafa/Zul)