Sudah bukan rahasia umum bila hari ini remaja Indonesia sudah gandrung pada teknologi dan media sosial. Teknologi sudah menjadi kebutuhan primer atau utama sebagai penunjang kebutuhan dalam aktifitas mereka. Indonesia sendiri merupakan salah satu dari 5 Negara besar pengguna gadget dan internet aktif di seluruh dunia. Hal ini juga menimbulkan eksis negatif seperti, pengekspresian diri yang berlebihan melalui foto dan video yang tak sesuai dengan tempat dan konteks, dan juga ujaran kebencian yang menyerang orang-orang populer.
Terlepas dari itu, banyak juga remaja yang mampu mengukir prestasi dan menggunakan teknologi secara sehat, tepat, dan terarah. Salah satunya adalah Nugraha (15). Remaja yang duduk di kelas 9 SMP ini, menjadikan teknologi tak sekedar untuk hiburan dan sarana komunikasi semata. Lebih dari itu, melalui media percetakan dan foto, Nugraha menjadikan teknologi sebagai sumber penghasilan dan prestasi.
Nugraha dan keluarga hidup pas-pasan di pinggir kali Bogor, atau tepatnya di Kampung Bogor Kelurahan Setiamulia, Kecamatan Tarumajaya, Bekasi. Kedua orang tuanya yang sudah renta berprofesi sebagai buruh serabutan. Keluarga kecil ini tinggal mengontrak di Rumah petak berukuran 4X4 meter yang didiami oleh kedua orang tua Nugraha, 3 orang kakaknya dan Nugraha sendiri. Pada awalnya Nugraha termasuk anak yang mengalami putus sekolah di sekolah dasar. Karena kedua orang tuanya hidup serba kekurangan ditambah lingkungan tempat tinggal pun bukan lingkungan yang menunjang untuk belajar. Namun semangat belajar Nugraha yang tinggi dan ingin selalu melanjutkan sekolahnya. Akhirnya Nugraha bergabunglah dengan Sekolah Alam Terbuka tak jauh dari tempat tinggalnya.
Di Sekolah Alam ini ia mendapatkan pembelajaran materi-materi formal dan beberapa keterampilan dengan gratis tanpa biaya. Selain itu ia juga tetap bisa menghasilkan uang dengan cara mengumpulkan botol dan gelas plastik bekas saat berangkat dan pulang sekolah. Di sekolah ini pula, Nugraha mengenal keterampilan Kamera Lubang Jarum, sebuah keterampilan membuat foto dari berbagai macam barang dan media. Dari sinilah selanjutnya ia terus berkembang hingga menjadi instruktur nasional kamera lubang jarum.
Ya, diusia yang sangat muda, Nugraha membuktikan bahwa keterbatasan dan usia bukan faktor penghalang bagi seseorang untuk mengukir prestasi. ”Teman-teman disini (komunitas kamera lubang jarum) baik-baik semua, saya banyak belajar dari mereka. Mereka bantu saya hingga bisa seperti sekarang” ujar bungsu dari empat bersaudara ini.
Kesederhanaan, rendah hati, dan semangat belajar yang tak pernah padam merupakan modal yang menghantarkan Nugraha menjadi Instruktur termuda di komunitasnya.Nugraha juga sering diminta mempresentasikan kamera lubang jarum di beberapa acara. Selain itu ia juga diminta untuk mendesign kamera lubang jarum yang lebih baik lagi. Karena selama ini dilakukannya dengan cara manual dan apa adanya. Sehingga terkadang kurang begutu menarik dan membutuhkan waktu persiapan yang lama. Untuk menunjang aktifitasnya tersebut, ia membutuhkan laptop atau notebook sebagai sarana penunjang.
Sebagai lembaga yang juga concern akan pendidikan, Lembaga Pelayan Masyarakat melalui program “Tunas Keluarga” berusaha menjawab kebutuhan Nugraha agar ia bisa meraih prestasi yang lebih baik lagi kelak di masa mendatang. LPM Dompet Dhuafa mengganjar Nugraha dengan bantuan Laptop yang akan mengawal kegiatan dan menjadi saksi prestasi lain yang akan diukir.
“Terima kasih para Donatur Dompet Dhuafa,” ujar Nugraha yang juga ditulis melalui deretan huruf yang ada di Laptop barunya. (LPM Dompet Dhuafa/Rifky)
Editor: Uyang