?Pahami Jurnalisme Profetik, Berarti Siap Mewarisi Tugas Nabi?

 Parni Hadi, Dewan Pembina Dompet Dhuafa sekaligus Tokoh Pers Nasional, saat mengisi Workshop Penyiaran di Aula Zikir RST Dompet Dhuafa, Parung, Bogor, pada Selasa (10/3). (Foto: Uyang/Dompet Dhuafa)

Penyiar adalah pewaris tugas nabi untuk sampaikan kabar gembira dan peringatan untuk jauhi larangan Allah, termasuk korupsi,” ujar Parni Hadi, Tokoh Pers Nasional, sekaligus Dewan Pembina Dompet Dhuafa, saat mengisi Workshop Penyiaran bersama RRI Bogor pada Selasa (10/3), di Aula Zikir Rumah Sehat Terpadu (RST), Parung, Bogor.

Dengan mengusung tema “Implementasi Jurnalisme Profetik dalam Dunia Penyiaran, sebanyak 50 peserta terdiri dari Tim Marketing Komunikasi Jejaring Dompet Dhuafa bersama dengan Jaringan Radio Komunitas se-Bogor menghadiri workshop tersebut.

Dalam workshop tersebut, Parni hadi menyampaikan, ada 3 hal yang harus dikuasai oleh seorang jurnalis, baik seorang jurnalis media cetak, online, televisi, dan radio. Hal pertama adalah menjadi seorang jurnalis ia harus mampu berfikir secara jernih, menulis efektif, dan berkomunikasi secara ringkas, padat, dan bermanfaat bagi banyak orang.

“Penyiar tidak hanya sekedar cuap-cuap, tapi juga harus jadi jurnalis yang bermanfaat. Penyiar profetik berarti ia memberitahu, mendidik, menghibur, mengadvokasi, mencerahkan, menginspirasi, dan memberdayakan pendangar,” paparnya.

Lebih lanjut Parni menilai, penyampaian pesan melalui media radio memiliki kekuatan sangat besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Untuk itu, bersama Dompet Dhuafa ia menggagas radio komunitas Swaracinta yang berada dan menjangkau kawasan Parung, Bogor.

“Radio Komunitas Swaracinta didirikan juga untuk menyampaikan pesan cinta tentunya poin cinta yang dimaksud adalah kepedulian sosial,” jelasnya.

Parni meyakini, manifestasi ajaran agama apa pun yang paling sublim dan bisa diterima oleh semua pemeluk agama adalah cinta. Menurutnya, karena itu Jurnalisme Profetik sama dengan Jurnalisme Cinta. Jurnalisme Profetik merupakan genre jurnalisme yang diperlukan Indonesia dan bahkan dunia saat ini, ketika kebebasan berekspresi dapat dilakukan dengan sangat cepat dan menjangkau seluruh jagat oleh siapa pun hampir tanpa batas terkait kemajuan teknologi informasi dengan segala dampak positif dan terutama negatifnya, termasuk penyebaran narkoba, pornografi, dan terorisme.

“Saya sangat berharap generasi wartawan saat ini menerapkan jurnalisme profetik saat menjalani tugasnya,” pungkasnya. (uyang)