SUKABUMI, JAWA BARAT — Setelah sukses membudidayakan melon hidroponik di area greenhouse seluas 1.600 meter persegi, kini Dompet Dhuafa memperluas langkahnya dengan membudidayakan tanaman baby buncis jenis Kenya di lahan terbuka seluas 200 meter persegi. Melalui wakaf produktif di Pesantren Tahfizh Green Lido (PTGL) Dompet Dhuafa, Sukabumi, seluas sekitar 2,2 Hektare, tanaman ini dipilih karena memiliki peluang usaha yang menjanjikan.
Tepat awal bulan November 2024, program tersebut sudah berhasil menggelar panen perdana. Sekaligus menandai pencapaian penting dalam upaya memberdayakan petani lokal melalui pertanian inovatif dan berkelanjutan. Pada Kamis (7/11/2024) merupakan panen ketiga baby buncis kenya yang dilakukan Dompet Dhuafa.
Program pemberdayaan ekonomi tersebut dengan menggerakkan potensi petani lokal melalui pembekalan dan bimbingan, dan akses ke teknologi pertanian modern yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.
Baca juga: Budi Daya Maggot dari Zakat, Alternatif Pakan Ternak Hingga Solusi Sampah Organik
Salah satu petani lokal yang berpartisipasi dalam pemberdayaan ini adalah Tusih (50), seorang petani sekaligus warga Desa Cicurug, Lido, Sukabumi. Tusih telah bergabung dengan Dompet Dhuafa selama 2-3 bulan. Ia merasa senang dapat diterima dan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih stabil dari pekerjaan sebelumnya.
Keseharian sebagai petani membuat ia lebih terbiasa ketika mengurus tanaman berjenis Kenya ini. Tusih bercerita saat seusia sekolah dasar ia telah bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk menjadi seorang buruh tani. Berpindah dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain, sudah menjadi teman baginya.
Selama mengelola baby buncis, Tusih mengungkapkan bahwa proses tanam bibit hingga panen, memerlukan waktu yang lebih singkat, yakni 45 hari. Selain itu, proses budidaya dan perawatannya tergolong lebih mudah, baby buncis cukup menggunakan bambu penunjang yang lebih pendek.
Disamping kemudahan dalam mengelola dan membudidayakan tanaman baby buncis, Tusih sangat bersyukur karena ia memiliki penghasilan yang lebih stabil. Sehingga ia bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk keluarganya.
“Saya dulu kerja serabutan, nggak cukup untuk sehari-hari makanya saya bantu-bantu orang tua,” sambungnya.
“Alhamdulillah kerja di sini, walaupun pas dan seimbang sama kemampuan saya, saya senang mudah-mudahan maju ke depannya. Alhamdulillah punya penghasilan sendiri sekarang mah dari sini,” terang Tusih.
Baca juga: Budi Daya Bunga Telang Ambudhipa, Upaya Dompet Dhuafa Berdayakan Ibu-Ibu Banten
Sebelum bersama Dompet Dhuafa, Tusih pernah menjadi petugas keamanan di salah satu cafe yang berada di Lido, namun hal tersebut kurang membuat Tusih merasa nyaman. Ia kemudian ditawarkan untuk bergabung mengelola pertanian di kawasan PTGL Dompet Dhuafa.
“Dulu juga saya begini (petani), dari bos yang dulu, tanam sayuran. Terus saya pindah ke cafe, tapi saya nggak cocok di cafe, di bagian keamanan. Terus ditawarin sama salah satu ustaz di sini, diajarin nyangkul, ngocorin (ngalirin) pupuk, tanam. Alhamdulillah sampai panen sekarang,” cerita Tusih.
“Baru dua bulan setengah, saya kerja disini (PTGL). Alhamdulillah sudah sampai panen. Semoga bisa betah di sini bisa bermanfaat terus,” ujar Tusih kepada Dompet Dhuafa.
Meski memasuki usia senja, Tusih tetap bekerja keras. Ia tak pernah mengharapkan pemberian dari anak-anaknya. Lantaran ia merasa masih mampu untuk menjadi tulang punggung keluarga.
“Saya nggak mau nyusahin anak, karena saya masih mampu, kan masih kuat jadi mau usaha sendiri dulu, terima kasih Dompet Dhuafa saya jadi punya penghasilan yang lebih stabil,” imbuh Tusih.
Baca juga: Mengenal Potensi Budi Daya Ikan Bandeng, Program Integrasi Zakat dan Wakaf
Peran Dompet Dhuafa melalui inisiatif ini, para petani diajarkan teknik bertani yang efisien dan ramah lingkungan. Dompet Dhuafa juga menyediakan akses ke modal, benih unggul, dan pasar yang lebih luas, sehingga hasil panen dapat dijual dengan harga yang lebih kompetitif. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup para petani dengan hasil panen yang lebih baik dan pendapatan yang lebih stabil.
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia masuk dalam 3 negara produsen utama buncis Kenya selain Tiongkok dan India, yang memproduksi sebanyak 60% total kebutuhan di dunia. Sehingga tak heran bila pasar internasional begitu mencari-cari hasil produksi buncis Kenya asal Indonesia ini.
Dalam satu siklus tanam, lahan buncis ini dapat dipanen sekitar 8-10 kali, dengan total hasil panen yang diharapkan mencapai 100 kilogram. Untuk distribusi hasil panen, Dompet Dhuafa telah bermitra dengan Karya Masyarakat Mandiri (KMM) Dompet Dhuafa dan KSIP Argo—sebuah perusahaan pertanian swasta yang bergerak di bidang ekspor, dalam rencana ekspor buncis ini ke Singapura.
Ke depan, lahan budidaya buncis ini akan diperluas hingga 1.000-1.200 meter persegi agar mencapai skala ekonomi yang lebih optimal. Dengan lahan yang lebih luas, diharapkan keuntungan yang diperoleh bisa lebih besar, yang pada gilirannya akan meningkatkan jumlah penerima manfaat wakaf.
Saat ini, lahan wakaf juga dimanfaatkan sebagai media pembelajaran pertanian modern untuk meningkatkan soft skill para santri di PTGL. Selain itu, diharapkan kawasan pertanian ini menjadi bagian dari portofolio wakaf produktif yang dapat mendukung operasional Pesantren Tahfidz Green Lido kedepannya. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Anndini Dwi Putri
Penyunting: Dhika