JAKARTA UTARA — Penggemar perjalanan jauh dengan naik kereta api, pastinya sudah sangat akrab dengan pemukiman warga yang berderet-deret di sepanjang tepi lintasan rel kereta api. Pemandangan ini dapat ditemui di hampir seluruh daerah yang memiliki jalur kereta, termasuk di kawasan Stasiun Tanjung Priok. Stasiun KAI kelas II ini terletak berseberangan dengan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Layaknya perkampungan pada umumnya, di sana ditemukan rumah-rumah dengan penutup seadanya, orang-orang pedagang kaki lima, warung makanan, dan anak-anak yang bermain di jalur kereta. Bisa dikatakan, masyarakat yang tinggal di pemukiman sepanjang rel kereta, adalah masyarakat tidak mampu. Marvel Ravalade salah satunya. Anak 18 tahun tersebut merupakan salah satu anak dengan ekonomi keluarga yang sangat terbatas.
Di sebuah rumah petak kecil, Marvel tinggal berdua saja dengan neneknya. Tinggal di samping rel kereta sejak umur 7 tahun, ia sudah sangat bersahabat dengan debu dan getaran ubin setiap kereta lewat. Karena saking terbiasanya, ia dan neneknya melakukan aktivitas rutin sehari-hari tanpa terlihat merasa terganggu dengan bisingnya suara kereta api yang melintas.
Di Hari Berbagi Nasional pada Rabu (5/5/2021), Dompet Dhuafa bersama Eriska Rein melakukan aksi bagi-bagi parsel Ramadan untuk anak-anak yatim dan dhuafa di pemukiman tepi rel kereta Stasiun Tanjung Priuk, Muara Bahari, Jakarta Utara. Dibantu oleh para relawan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Jabodetabek, Eriska membagikan bingkisan parsel kepada Marvel dan 14 anak lainnya. Selain itu, Eriska juga mengajak Marvel teman-temannya bercerita ria tentang kisah-kisah teladan sahabat Nabi, hingga cerita masing-masing dari mereka.
“Saya tinggal di sini sudah dari umur 7 tahun pas masuk SD untuk nemenin nenek. Berdua saja tinggal di sini sama nenek,” cerita Marvel.
Lanjutnya menceritakan, Marvel ingin sekali pulang ke kampung kelahirannya di Subang Jawa Barat. Namun kerena kendala biaya, ia tak kunjung mendapatkan kesempatan tersebut. Keinginannya semakin pupus saat pandemi covid-19 menyerang. Dengan ditutupnya akses keluar-masuk daerah, ditambah biaya perjalanan yang semakin naik, harapannya untuk pulang hanya sekedar ucapan belaka.
“Saya pengen sekali pulang. Kumpul sama keluarga di Subang. Sudah lama tidak melihat ibu dan bapak di rumah,” ucapnya. (Dompet Dhuafa / Muthohar)