SIARAN PERS, PALU, SULAWESI TENGAH — Sejak 4 Juli 2019, Dompet Dhuafa memulai pembangunan sekolah permanen pasca recovery bencana di Palu. Bersinergi dengan NAMA Foundation, bangunan sekolah yang didirikan menggunakan material alami seperti kayu dan bambu, serta rampung pada 12 Agustus 2019.
Salah satu sekolah itu adalah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Nunu. Bangunan terdampak bencana dengan kerusakan parah. Memiliki jumlah 166 siswa didik, sekolah tersebut terletak di Jalan Kalora No. 212 Kelurahan Nunu, Kecamatan Tatanga, Palu, Sulawesi Tengah.
“Sebelumnya, ketika masih dalam respon masa tanggap darurat bencana di Palu, Sigi, dan Donggala, Dompet Dhuafa dan NAMA Foundation menggulirkan bantuan berupa mendirikan 4 sekolah darurat sementara. Dari 4 sekolah itu, akhirnya kami bangun 2 sekolah permanen,” terang Ahmad Lukman, Koordinator Tim Recovery DMC (Disaster Management Centre) Dompet Dhuafa di Palu.
Dompet Dhuafa yang bersinergi dengan lembaga asal Malaysia itu turut menggulirkan program Pendidikan dan mengirimkan para relawan guru ke lokasi bencana di Palu. Bahkan hingga kini, berkembang dengan program Pojok Literasi dalam naungan Dompet Dhuafa Pendidikan hadir di sana.
Kepala Sekolah MI Muhammadiyah Nunu, Muhammad Idris, mengungkapkan, selain terdampak gempa, bangunan lama ruangan terbatas dan menghawatirkan ketika terjadi gempa susulan. Belum adanya MCK dan banyak fasilitas yang kurang.
“Alhamdulillah, bangunan baru fasilitas memadai, nyaman dan ramah gempa. Bahkan mendapatkan pendampingan dari SLI (Sekolah Literasi Indonesia) selama setahun. Insyaa Allah, guru juga akan dibina selama tiga bulan dari SGI (Sekolah Guru Indonesia) Dompet Dhuafa,” ungkap Idris.
Kala itu, pilu merundung Sulawesi Tengah. Lebih dari 2.100 jiwa melayang, 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan 223 ribu lainnya mengungsi. Berbagai akses transportasi terputus dan menghambat datangnya bantuan.
Jerit dan kepanikan bertabrakan tanpa arah. Tepatnya pada Jumat, 28 September 2018, semua menghambur saat bumi bergetar merekahkan, merobohkan dan mengoyak apa saja yang ada di atas Kota Palu, Sigi, dan Donggala. Tak hanya getaran bumi berkekuatan 7,4 Skala Richter saja, namun Tuhan YME mengisahkan di Maghrib itu lengkap dengan sapuan tsunami dan likuifaksi.
Kini, turut digulirkan bantuan berupa bangunan 10 ruang (7 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, dan 1 ruang kantor). Kemudian ada 7 bangunan MCK, 1 ruang dapur, 1 unit genset, dan 1 buah tandon berkapasitas 2.500 liter, serta dilengkapi dengan 17 buah kipas angin. Tak ketinggalan buku bacaan, juz amma dan buku iqra' masing-masing 100 eksemplar. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)